DASWATI.ID – Guru Besar Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Lampung Prof Andy Corry Wardhani menilai pelaksanaan debat pilkada belum menarik.
Pelaksanaan debat pilkada, khususnya debat terbuka antar-Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Lampung, masih berlangsung normatif.
“Debat masih normatif dengan argumentasi seadanya. Seperti tanya jawab, itu sebenarnya enggak menarik bagi pemilih,” kata Prof Andy saat dihubungi dari Bandarlampung, Minggu (17/11/2024) malam.
Satu dari enam segmen debat publik memberikan kesempatan bagi calon untuk saling tanya jawab dan menyampaikan sanggahan untuk mempertahankan pendapat masing-masing.
Namun, dalam beberapa kesempatan, pasangan calon yang berdebat justru sepakat dan saling menguatkan gagasan.
Baca Juga: No Debat! Ardjuno dan Mirza-Jihan Sepakat Integrasi Transportasi Jadi Prioritas

Menurut Prof Andy, agar debat pilkada bisa menarik perhatian dan membekas di benak pemilih, diperlukan persiapan yang matang dari calon dan tim panelis.
“Menurut saya, panelis harus bisa memberikan pertanyaan-pertanyaan yang tidak biasa,” kata dia.
Tim Panelis memiliki peran krusial dalam menyajikan debat publik yang menarik bagi masyarakat dan pemilih dengan melakukan pendalaman terhadap visi dan misi pasangan calon.
Mereka harus memiliki kompetensi atau pengetahuan yang mendalam, dan berpengalaman di bidangnya untuk menyusun pertanyaan sesuai tema dan subtema yang dibahas dalam debat.
Prof Andy mengatakan, dalam debat, materi pertanyaan dari tim panelis kepada calon harus dirancang agar singkat, padat, jelas, mudah dipahami, dan menjawab persoalan-persoalan di tengah masyarakat.
“Pertanyaannya itu yang penting adalah materinya. Sehingga ada pemikiran-pemikiran yang brilian atau semacam terobosan dari calon,” ujar Prof Andy.

Sementara, pasangan calon diharapkan tampil percaya diri dan meyakinkan dalam debat publik dengan menguasai materi debat dan isu-isu krusial, agar dapat menarik dukungan dari pemilih.
Respon dari calon juga sangat dinantikan masyarakat untuk melawan argumentasi lawan debat apabila dirasa kurang tepat.
“Jawabannya jangan normatif, dan jangan menghindar untuk merespon pertanyaan. Jawaban calon itu yang kita inginkan,” kata dia.
Prof Andy berharap debat sebagai ajang adu argumen dan pemikiran tak hanya sekadar pertukaran pendapat.
Tetapi juga ajang menyampaikan terobosan-terobosan baru dalam visi, misi, dan program kerja pasangan calon untuk menyelesaikan persoalan di Lampung.
Baca Juga: Debat Publik Pilkada Lampung Kurang Gereget