DASWATI.ID – Di tengah tantangan signifikan berupa keterbatasan fasilitas kesehatan dan kondisi ekonomi masyarakat, sekelompok relawan kemanusiaan di Lampung terus mengabdikan diri membantu pasien kritis, terutama penderita kanker dan tumor.
Dipimpin oleh M. Arif Sanjaya, seorang aktivis sosial asal Pringsewu, komunitas ini bergerak dengan dedikasi penuh tanpa mengharapkan imbalan.
M. Arif Sanjaya mengelola dua komunitas utama: Forum Peduli Kanker dan Tumor Lampung (FPKTL) serta Donor Darah Sukarela (DDS) Pringsewu.
Kedua komunitas tersebut berfokus pada pendampingan pasien yang kurang mampu dan menyediakan stok darah bagi rumah sakit setempat.
Berawal dari Janji Pribadi dan Niat Murni
Pendirian komunitas ini berakar dari niat suci yang sangat personal. M. Arif Sanjaya mengungkapkan bahwa komunitas tersebut dibentuk sejak tahun 2018, tepat satu minggu setelah almarhumah ibunya meninggal dunia karena tumor.
Komitmen ini merupakan janji pribadi M. Arif kepada sang ibu, yaitu untuk terus membantu orang-orang yang sedang berjuang melawan sakit.
“Itu janji pribadi saya kepada beliau, untuk terus membantu orang-orang yang sedang berjuang melawan sakit,” kata Arif Sanjaya, Senin (10/11/2025).
Bagi para relawan, meskipun mereka tidak digaji, kegiatan kemanusiaan ini dipandang sebagai “tabungan amal”.
Mereka bergerak dengan niat murni untuk membantu dan tidak mencari keuntungan, serta menegaskan bahwa setiap pasien yang datang akan dibantu tanpa melihat latar belakang ekonomi atau sosial.
Jembatan Harapan di Tengah Kondisi Kritis
Kegiatan FPKTL sangat komprehensif, seperti pemberian edukasi kesehatan, pengurusan administrasi BPJS, penyediaan rumah singgah, mengantar pasien ke rumah sakit, hingga mendampingi mereka selama perawatan.
Banyak pasien yang diantar ke rumah sakit rujukan di Bandar Lampung, seperti RS Abdul Moeloek maupun RS Urip Sumoharjo, berada dalam kondisi kritis.
“Kami pernah dampingi 14 pasien kanker payudara. Hanya dua yang berhasil bertahan hidup, sisanya meninggal di tengah perawatan,” kenang Arif.
Namun, bagi para relawan, kemampuan untuk mendampingi pasien sampai akhir adalah bentuk penghormatan dan ibadah.
Tim relawan juga berkolaborasi aktif dengan berbagai komunitas, termasuk ojek online, Persatuan Tunanetra Indonesia, dan sejumlah organisasi sosial lainnya, untuk mengoptimalkan jangkauan bantuan.
Perjuangan Melawan Keterbatasan Logistik
Perjalanan kemanusiaan ini dipenuhi dengan tantangan logistik yang nyata. Arif mengakui bahwa komunitasnya hanya memiliki satu mobil ambulans hibah dari anggota marinir, yang sayangnya sudah tidak layak jalan.
Keterbatasan ini pernah berujung pada insiden di mana mereka ditilang saat membawa pasien, karena ambulans tersebut dianggap tidak memenuhi standar.
“Tapi kami tidak punya pilihan lain. Ambulans yang layak kadang sulit digunakan masyarakat, harus isi formulir, lapor KTP, bahkan isi bahan bakar sendiri,” tutur Arif.
Selain keterbatasan sarana, seluruh kegiatan FPKTL dan DDS Pringsewu dijalankan secara swadaya dan gotong royong antarrelawan, sebab komunitas tersebut tidak memiliki dana tetap.
Arif menegaskan bahwa mereka tidak pernah membuka donasi atas nama organisasi, melainkan hanya menerima bantuan pribadi dari para anggota.
“Kami tidak digaji, tapi ini menjadi tabungan amal kami. Ada kepuasan tersendiri ketika bisa bantu pasien sembuh atau pulang dengan selamat,” kata dia.

Pengabdian Hingga Napas Terakhir
Komitmen relawan ditunjukkan melalui kesediaan mereka mendampingi pasien hingga akhir hayatnya, seperti yang dialami oleh almarhumah Mei Mudiyanti, penderita kanker rahim asal Pringsewu.
Tim relawan mendampingi dan membantu keluarga almarhumah selama delapan hari perawatan, bahkan hingga proses pemakaman.
“Waktu itu kondisi beliau sudah lemah sekali, tapi kami berusaha menemani sampai akhir. Bagi kami, mendampingi pasien seperti Ibu Mei adalah bentuk pengabdian dan kemanusiaan,” ujar Arif.
Arif menyebutkan bahwa pendampingan pasien seperti almarhumah Mei adalah bentuk pengabdian dan kemanusiaan.
Dedikasi ini mendapat perhatian, termasuk dari mantan Kapolda Lampung, Irjen Pol Helmy Santika, yang mendatangi rumah duka untuk memberikan bantuan dan dukungan kepada keluarga pada Sabtu (8/11/2025).
Kehadiran tersebut disambut haru dan diakui oleh warga sebagai bentuk perhatian terhadap perjuangan komunitas yang selama ini aktif membantu masyarakat kecil.
Baca Juga: Helmy Santika: Integritas, Empati, dan Penegakan Hukum
Harapan Agar Panggilan Kemanusiaan Terus Berjalan
Meskipun merasa ada kepuasan tersendiri ketika berhasil membantu pasien sembuh atau pulang dengan selamat, Arif berharap adanya perhatian dan dukungan lebih lanjut dari pemerintah daerah, lembaga sosial, dan masyarakat luas.
Dukungan tersebut, khususnya berupa kendaraan yang layak dan bantuan operasional, sangat dibutuhkan agar relawan dapat menjangkau lebih banyak pasien.
“Panggilan kemanusiaan tidak bisa berhenti. Selama ini kami bergerak semampu kami,” tegas Arif.
Hingga saat ini, Forum Peduli Kanker dan Tumor Lampung serta Donor Darah Sukarela Pringsewu tetap aktif bergerak secara sukarela, menjadi jembatan harapan bagi masyarakat yang membutuhkan bantuan medis di Provinsi Lampung.
Mereka membuktikan bahwa niat murni dan pengabdian mampu mengatasi keterbatasan yang ada, ibarat lilin yang terus menyala untuk menerangi walau di tengah badai.

