DASWATI.ID – Sedikitnya 12 siswa SDN 1 Durian Payung diduga keracunan jajanan dan belum sarapan, Selasa (22/10/2024) siang.
Siswa diduga keracunan setelah mengonsumsi makanan ringan berperisai bumbu.
Saat ini keduabelas siswa tersebut menjalani perawatan di RSUD A Dadi Tjokrodipo Bandarlampung untuk observasi.
Guru Bidang Studi Bahasa Inggris SDN 1 Durian Payung, Ani Widiapitri, menuturkan peristiwa nahas itu terjadi usai kunjungan Koordinator Wilayah (Korwil) IV Disdikbud Kota Bandarlampung Ismail.
“Tadi pagi ada pengawas dari korwil datang dan sedang monitoring,” ujar Ani didampingi Kepala SDN 1 Durian Payung Sulastri saat ditemui di sekolah pada Selasa sore.
Ani mengatakan kedatangan Ismail untuk monitoring jajanan di kantin sekolah, kantin Bu Jujuk, yang berada di pojok depan sekolah.
“Pengawas datang ke kantin mau melarang penjualan minuman kemasan yang manis-manis seperti Marimas dan lain sebagainya. Jadi, karena fokus ke situ, tidak memperhatikan makanan kemasan yang lain,” jelas dia.
Kunjungan Korwil IV Disdikbud Bandarlampung ke SDN 1 Durian Payung berakhir saat jam istirahat pertama dimulai pukul 09.00 WIB.
“Setelah selesai semuanya, jam istirahat. Istirahat pertama pukul 09.00 WIB. Lalu, selesai istirahat pertama pukul 09.15 WIB, ada anak-anak memanggil,” kata Ani.
‘Bu, Bu ada yang sakit perut Bu habis makan ini.’ Sambil menunjuk snack yang tadi,” tutur Ani menirukan laporan siswanya.
Kemudian, Ani bergegas menemui siswa-siswa yang sedang mengerang kesakitan.
“Lalu saya tanya, benar habis makan ini? ‘Iya’ katanya. Belinya dimana? ‘Di tempat Bu Jujuk, kantin itu,” kata Ani.
Setelah itu, pihak sekolah memberikan pertolongan pertama kepada siswa yang sakit.
“Kami kasih susu beruang dan minum air putih, terus kami kasih minyak angin juga perutnya. Tapi masih tetap kesakitan,” ujar Ani.
Pihak sekolah kemudian merujuk 10 siswa yang kesakitan ke Puskesmas Palapa.
“Lalu kami bawa ke Puskesmas Palapa karena sudah panik pakai Maxim. Saat di puskesmas menyusul dua orang siswa lagi. Dari pihak puskesmas dirujuk ke RSUD A Dadi Tjokrodipo. Setelah sampai di sana langsung ditangani,” kata Ani.
Setelah kejadian itu, kegiatan belajar mengajar di SDN 1 Durian Payung tetap berlangsung seperti biasa.
Kantin SDN 1 Durian Payung ditutup dan dipasang Police Line.
Sedikitnya 12 siswa SDN 1 Durian Payung diduga keracunan jajanan dan belum sarapan.
Kepala SDN 1 Durian Payung Sulastri membenarkan peristiwa itu. Ia mengaku mendapatkan laporan kejadian itu pukul 11.00 WIB melalui pesan WhatsApp (WA) seorang guru, Rohani.
“Saya mendapatkan kabar itu pukul 11.00 WIB saat lagi rapat di Disdikbud Kota Bandarlampung. Saya lihat WA, disuruh datang, ada apa? Tapi nggak dijawab Ibu Rohani itu,” ujar dia.
Sulastri mengetahui ke-12 siswanya sudah berada di RSUD A Dadi Tjokrodipo melalui pesan WA Grup.
“Saya lihat grup WA, sudah ada di rumah sakit. Jadi saya langsung ke sekolah, tanya guru-guru, dan ke rumah sakit. Di rumah sakit sudah ramai, ada kepala dinas dan dari puskesmas,” tutur dia.
Mereka menjalani perawatan di RSUD A Dadi Tjokrodipo untuk observasi selama 1×24 jam, didampingi orangtua siswa.
Sulastri mengatakan pasca kejadian itu, kantin sekolah untuk sementara ditutup, dan dilarang menjual makanan ringan atau makanan kemasan.
“Kalau bisa kantin jangan jual makanan kemasan, tapi makanan olahan rumahan, dan siswa kami imbau untuk membawa bekal makanan dari rumah,” kata dia.
Sulastri menduga siswanya keracunan makanan dipicu belum sarapan dari rumah saat berangkat sekolah.
“Bisa jadi siswa belum sarapan karena siswa yang makan jajanan itu bukan siswa yang sakit aja, ada banyak, tapi mereka tidak apa-apa,” ujar dia.
Ia menjelaskan sebagian besar anak didiknya merupakan warga setempat Kelurahan Durian Payung.
“Mereka dari kalangan tidak mampu. Ada yang orangtuanya TKW, tukang cuci baju. Macam-macam dari kelas menengah ke bawah,” kata dia.
“Jadi siswa yang makan jajan itu banyak sebenarnya, cuman yang 12 siswa ini kebetulan terjadi seperti itu. Makanya masih ditelusuri, apakah 100% dari makanan itu, atau bagaimana. Saat ini kondisi mereka sudah lebih baik. Biaya perawatan ditanggung oleh pemerintah kota,” pungkas Sulastri.
Baca Juga: Disdikbud Bandarlampung Perketat Keamanan Pangan Sekolah