DASWATI.ID – Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni (UKMBS) Universitas Lampung (Unila) menggelar pameran seni rupa drawing bertajuk “Sepasang Sandal di Kepala”.
Kegiatan ini terselenggara atas kerja sama UKMBS Unila dengan Komunitas Berkat Yakin.
“Ini pertama kalinya di Lampung, UKMBS Unila bekerja sama dengan Komunitas Berkat Yakin menyelenggarakan pameran drawing,” kata Ketua Umum UKMBS Unila, Hani Dayanti, di Bandarlampung, Kamis (5/10/2023).
Pameran Seni Rupa Drawing “Sepasang Sandal di Kepala” direncanakan berlangsung selama sepekan mulai Sabtu (7/10/2023) pukul 15.00 WIB di Lantai II Gedung Graha Kemahasiswaan Unila.
Hani Dayanti menyampaikan bahwa pameran drawing ini menjadi ruang proses pembelajaran anggota UKMBS Unila Divisi Rupa, dan respon atas kondisi ekosistem seni rupa di Lampung.
“Selain minimnya praktisi rupa maupun apresian atau kritikus, di Lampung masih sangat sedikit ruang-ruang presentasi seni rupa,” ujar Hani.
Dia berharap pameran drawing “Sepasang Sandal di Kepala”memberikan sumbangsih positif bagi perkembangan seni rupa di Lampung.
“Sekaligus menjadi provokasi teman-teman perupa untuk semakin cerdas dan produktif dalam berkarya,” pungkas Hani.
Ketua Pelaksana Pameran Drawing “Sepasang Sandal di Kepala” Devin Nodestyo menambahkan bahwa acara tersebut menjadi ruang silaturahmi bagi para praktisi hingga pemerhati seni rupa di Lampung.
“Kami juga bakal mengadakan semacam diskusi atau bincang karya terkait pameran ini. Jadi, tidak hanya bersilaturahmi dalam aspek keindahan saja, melainkan juga pemikiran,” kata Devin.
Pameran ini menampilkan sebanyak 175 karya seniman yang akan dipresentasikan oleh tujuh Perupa Lampung yakni Ari Pahala Hutabarat, Devin Nodestyo, Mike Fena Firdania, Noerma Andesta, Rizky Rizaldiano, Ridho Pratama, dan Robby Aslam Amrouzi.
“Sepasang Sandal di Kepala” akan menampilkan karya-karya lukis yang dihasilkan dengan berbagai media gambar, seperti pensil, soft pastel, drawing pen, tinta, dan sebagainya.
Direktur Artistik Komunitas Berkat Yakin, Ari Pahala Hutabarat, mengajak masyarakat untuk memandang dan menyikapi seni rupa dari perspektif yang segar dan kreatif.
Menurut Ari, keterbatasan bukanlah hambatan untuk berkarya dengan kemampuan menyesuaikan dan memanfaatkan desa-kala-patra (tempat-waktu-ruang).
“Siapa bilang melukis harus butuh biaya besar? Toh kita bisa mengoptimalisasi sumberdaya terbatas itu. Di sinilah kreativitas digunakan,” kata dia.
Kreativitas seni rupa menggunakan kertas dan pensil warna, ditambah kesungguhan dan skill yang baik, bisa menciptakan karya seni yang indah dan layak dipamerkan.
Baca Juga: Peluncuran dan Diskusi Tiga Buku Karya Ari Pahala Hutabarat