Mengubah atau Mengikhlaskan

oleh
Mengubah atau Mengikhlaskan
Anggota HMI Cabang Bandarlampung, Reynaldo Maulana.

DASWATI.ID – Selamat Milad Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Ke-77. Tetaplah pada tujuanmu mempertahankan kemerdekaan dan keutuhan demokrasi Indonesia, mempertinggi derajat rakyat Indonesia, serta menegakkan dan mengembangkan ajaran Islam.

Usia 77 tahun yang tidak lagi muda bagi sebuah organisasi mahasiswa, sebagai bagian dari anggota HMI kita terkadang selalu menjadi perhatian publik, ketika berbicara organisasi mahasiswa baik di kampus maupun di luar kampus, akan banyak sudut pandang.

Banyak yang berpendapat bahwa organisasi mahasiswa merupakan wadah menempa diri, sebagai tempat untuk mengisi waktu kosong setelah kuliah, sebagai tempat mencari teman dan relasi, serta sebagai wadah perjuangan yang selalu membela keadilan bagi masyarakat?

HMI dewasa ini, ketika kita melihat dinamika internal dan eksternalnya di HMI sesuai dengan fakta KONGRES XXXII di Pontianak lalu, anggota HMI dapat saja dikatakan sebagai alat yang selalu bergerak memperjuangkan keadilan rakyat di Indonesia.

Ataupun bisa juga dikatakan sebagai wadah perjuangan yang telah menyimpang dari tujuannya, dalam artian apakah tidak mampu lagi menghasilkan keadilan bagi masyarakat sesuai dengan tujuan HMI, hal inilah yang kemudian saya sebut sebagai stagnasi perjuangan HMI.

Jangan pernah kita gaungkan refleksi, introspeksi dan perenungan terus menerus. Harusnya kita sebagai kader sadar bahwa refleksi itu hanya kata romantisme yang digunakan setiap anggota HMI yang haus akan jabatan dan kekuasan.

Kita selalu berkutik pada konflik kepentingan (conflict of interest) di tataran Pengurus Besar, Pengurus Cabang bahkan sampai komisariat sebagai akar rumput perkaderan itu sendiri.

Tentu hal tersebut menjadi kompleksitas problematika di HMI yang berdampak pada resonansi politik internal yang kronis dan organisasi tidak bisa produktif dalam beraktivitas.

Tentu ini menjadi benalu bagi proses perkaderan, yang mengakibatkan degradasi kondisi internal HMI dan dampaknya tiap kader tidak bisa menanggapi keadaan di eksternal sebagai jawaban problematika umat dan bangsa hari ini.

Sehingga tidak menutup kemungkinan jika 44 indikator kemunduran HMI bertambah dan menjadikan HMI tak menawan atau memikat mahasiswa untuk berproses menempah diri di HMI.

Tantangan demi tantangan yang mampu dilalui generasi HMI terdahulu tentu berbeda dengan tantangan HMI hari ini.

Dengan tuntutan kuliah yang cepat dari kampus harus segera direspon oleh HMI agar dalam pola regenerasi juga bisa berjalan dengan cepat dan mampu beradaptasi dalam kondisi ini agar tujuan “Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah Subhanahu Wata’ala” bukan hanya akan menjadi tujuan utopis belaka.

Hal itulah yang menjadikan kita sebagai kader HMI harus mampu berhimpun dalam satu ikatan kekeluargaan sebagai kader ummat dan bangsa.

Saya berharap, tulisan ini dapat menyadarkan kita sebagai kader HMI bahwa apakah sanggup untuk mengubah atau bahkan mengikhlaskan kemunduran organisasi sehingga penindasan terhadap rakyat di Indonesia terus hidup dan berkembang dan tidak lagi dalam tujuan sesuai dengan apa yang diharapkan dan dicita-citakan para pendiri HMI.

Selamat Milad Himpunanku, semoga selalu dalam semangat perjuangannya, Ya Allah berkahi, bahagia HMI, jayalah Kohati!!!

YAKUSA!!!

Allahumma shalli ala sayyidina Muhammadin an nabiyyil ummi wa ala alihi wa shabihi wa sallim.

Penulis: Reynaldo Maulana (Anggota HMI Cabang Bandarlampung)

Baca Juga: Mimbar Jumat dan Polarisasi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *