Potensi Konflik Horizontal Pascabanjir Bandar Lampung

oleh
Potensi Konflik Horizontal Pascabanjir Bandar Lampung
Aksi unjuk rasa pro dan kontra penanganan banjir di Kantor Pemkot Bandar Lampung, Selasa (29/4/2025). Foto: Josua Napitupulu

DASWATI.ID – Potensi konflik horizontal pascabanjir di Bandar Lampung semakin mengkhawatirkan seiring munculnya narasi yang memecah belah warga terdampak.

Pascabanjir besar yang melanda Kota Bandar Lampung, berbagai elemen masyarakat mulai melakukan aksi protes sebagai bentuk kepedulian terhadap kondisi kota yang semakin memprihatinkan.

Ketua Divisi Riset, Penelitian, dan Pendidikan LBH Dharma Loka Nusantara, Ahmad Suban Rio, menilai aksi protes di ruang publik dan media sosial mencerminkan kekecewaan mendalam serta tuntutan agar pemerintah kota segera mengambil langkah serius dan konkret menangani banjir yang telah menewaskan delapan jiwa.

“Namun, di tengah semangat menuntut perubahan, muncul narasi di media sosial yang mengklaim adanya penolakan dari sekelompok warga terdampak banjir terhadap aksi demonstrasi tersebut,” ujar Rio dalam keterangannya, Selasa (29/4/2025) sore. 

Baca Juga: Banjir Bandar Lampung: Masyarakat Panjang Dukung Eva Dwiana 

Jika narasi ini terus disebarkan tanpa klarifikasi yang tepat, dikhawatirkan dapat memicu potensi konflik horizontal pascabanjir Bandar Lampung yang memperkeruh hubungan antarwarga dan menghambat penanganan bencana.

Pendemo Gelar Aksi Tutup Mulut di Pemkot Bandar Lampung
Pendemo yang menggelar unjuk rasa menuntut solusi konkret dari Wali Kota Eva Dwiana dalam mengatasi banjir mengadakan aksi tutup mulut dengan lakban sekaligus mengumpulkan donasi di depan Kantor Pemkot Bandar Lampung, Selasa (29/4/2025). Foto: Josua Napitupulu

“Konflik semacam ini berpotensi memperkeruh suasana dan mengalihkan perhatian dari persoalan utama, yaitu penyelesaian akar masalah banjir yang telah menimbulkan duka mendalam bagi masyarakat,” kata dia. 

Rio mengajak seluruh warga Bandar Lampung, terutama yang terdampak banjir, untuk tetap bijaksana dalam menghadapi situasi ini.

“Perbedaan pandangan adalah hal lumrah dalam masyarakat demokratis, namun masalah banjir ini adalah persoalan nyata yang menyangkut keselamatan jiwa dan masa depan kota,” ujar dia.

Baca Juga: Pendemo Gelar Aksi Tutup Mulut di Pemkot Bandar Lampung

Ia menegaskan bahwa fokus saat ini adalah persatuan masyarakat menuntut pemerintah bertindak nyata, bukan soal pro atau kontra demonstrasi, dan penanganan banjir tidak boleh hanya sekadar gimmick politik.

Banjir Bandar Lampung: Masyarakat Panjang Dukung Eva Dwiana
Ratusan masyarakat dari delapan kelurahan se-Kecamatan Panjang menyatakan berunjuk rasa menyatakan dukungan kepada Wali Kota Bandar Lampung Eva Dwiana di depan Kantor Pemkot Bandar Lampung, Selasa (29/4/2025). Foto: Josua Napitupulu

Dia mengkritik Wali Kota Bandar Lampung, Eva Dwiana, yang dianggap hanya fokus pada pencitraan tanpa menangani akar masalah banjir secara serius.

“Kinerja nyata, transparansi, dan komitmen jangka panjang yang dibutuhkan, bukan sandiwara empati di hadapan kamera,” tegas Rio. 

Ia juga mempertanyakan keseriusan pemerintah kota dengan mengacu pada dampak tragis banjir.

“Delapan nyawa sudah hilang akibat banjir ini. Delapan keluarga berduka. Ini bukan sekadar angka. Harus menunggu berapa banyak korban lagi agar Wali Kota Eva Dwiana benar-benar serius menangani bencana ini?” Kata dia.

Rio menyerukan seluruh elemen masyarakat untuk bersatu memperjuangkan keadilan lingkungan dan tata kota yang manusiawi.

Ia juga menegaskan agar Wali Kota Eva Dwiana menghentikan pendekatan yang dianggap tidak serius dalam menangani banjir.

“Warga tidak butuh simpati palsu. Warga butuh solusi,” tutupnya.

Baca Juga: Pengunjuk Rasa Eva Dwiana Galang Donasi untuk Korban Banjir

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *