Oleh: Mahendra Utama–Pemerhati Pembangunan
DASWATI.ID – Bandar Lampung kini tengah menapaki fase penting sebagai gerbang utama Pulau Sumatra, menjadikannya magnet baru yang serius bagi para investor, terutama yang berkecimpung di sektor properti. Wilayah ini sedang naik daun, menawarkan potensi ekonomi yang signifikan.
Namun, sebagai pemerhati pembangunan, penting untuk menegaskan bahwa peluang besar selalu menuntut kewaspadaan strategis terhadap tantangan yang menyertainya.
Daya Tarik Fundamental dan Pendorong Investasi
Optimisme terhadap kawasan ini didasari oleh fundamental ekonomi yang kuat. Ekonomi Lampung dilaporkan sedang “memanas” secara positif, ditandai dengan lonjakan investasi yang drastis dalam kurun waktu setahun belakangan, yang mencerminkan meningkatnya kepercayaan pengusaha terhadap potensi daerah ini.
Dampak langsung lonjakan ini terlihat jelas pada sektor properti, di mana penjualan rumah meningkat dan harga properti terus merangkak naik, didorong oleh pertumbuhan populasi dan membaiknya daya beli masyarakat lokal. Ini adalah momentum krusial bagi #PropertiBandarLampung.
Dukungan pemerintah daerah turut memperkuat iklim investasi. Pemerintah telah mengambil langkah responsif dengan digitalisasi izin usaha dan pemangkasan birokrasi yang rumit, sehingga menciptakan lingkungan investasi yang jauh lebih nyaman.
Selain itu, secara geografis, posisi kota ini sangat strategis. Kehadiran Tol Trans Sumatra, bandara internasional, dan pelabuhan besar menjadikan Bandar Lampung sangat cocok dikembangkan sebagai pusat logistik, pusat perdagangan, atau kawasan pengembangan baru.
Oleh sebab itu, kota ini menjadi titik fokus vital dalam skema #InvestasiSumatera.
Tantangan Kreativitas dan Kewaspadaan Regulasi
Meskipun euforia #InvestasiLampung sedang tinggi, para pelaku pasar harus mencermati sinyal pergeseran perilaku konsumen.
Contohnya terlihat di sektor perhotelan konvensional: okupansi hotel justru menurun, bahkan dilaporkan enam dari sepuluh kamar hotel di Lampung kini kosong.
Penurunan ini terjadi karena adanya perubahan preferensi wisatawan. Konsumen masa kini lebih memilih menginap di vila, homestay, atau tempat-tempat dengan konsep unik, menandakan bahwa model bisnis perhotelan konvensional mulai ditinggalkan.
Selain dinamika internal pasar, investor juga wajib memperhitungkan faktor eksternal. Gejolak ekonomi global berpotensi memengaruhi daya beli lokal.
Lebih lanjut, akses pembiayaan kini semakin dibatasi, di mana menjamurnya pinjaman online (pinjol) membuat masyarakat lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan finansial besar, seperti pembelian properti.
Kewaspadaan regulasi adalah hal mutlak. Investor diwajibkan memeriksa Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) kota.
Kegagalan dalam mematuhi regulasi ini dapat berakibat fatal, menimbulkan kerugian besar jika investasi yang telah ditanamkan bentrok dengan rencana pemerintah daerah.
Strategi Jitu: Inovasi untuk Meraih #PeluangBisnis2025
Pada intinya, Bandar Lampung masih merupakan lahan emas bagi investasi properti. Namun, kesuksesan hanya akan menjadi milik mereka yang mampu bersikap kreatif dan memiliki pemahaman mendalam tentang dinamika pasar yang terus bergerak.
Strategi investasi harus dialihkan dari pembangunan konvensional menuju penawaran nilai yang unik. Beberapa langkah strategis berikut:
1. Pengembangan Akomodasi Tematik
Membangun vila dengan konsep unik di dekat destinasi wisata, membuat homestay bernuansa lokal yang instagramable, atau mendirikan hotel tematik yang menawarkan pengalaman budaya dan kuliner khas Lampung.
2. Keterlibatan Regulator
Disarankan untuk berkonsultasi dengan Dinas Pariwisata atau REI Lampung sebelum meluncurkan investasi, guna memperoleh informasi dan pembaruan pasar terkini.
Penutup
Bandar Lampung menawarkan potensi besar untuk menjadi pusat investasi properti paling menguntungkan di Indonesia, asalkan diimbangi dengan persiapan yang matang dan implementasi strategi yang tepat.
Optimisme investasi harus selalu diseimbangkan dengan analisis risiko pasar yang cermat dan inovasi konseptual, khususnya dalam sektor akomodasi yang kini menuntut diferensiasi.
Baca Juga: IKM Bandar Lampung Tumbuh: Pemkot Perkuat Pasar dan Sertifikasi