KPU Lampung Perkuat Partisipasi Politik Kelompok Termarginalkan

oleh
KPU Lampung Perkuat Partisipasi Politik Kelompok Termarginalkan
Sebanyak 100 perempuan lansia mengikuti acara Pelatihan Akademi Digital Lansia yang digelar KPU Provinsi Lampung di Gedung Dakwah Aisyiyah Lampung, Minggu (11/8/2024). Foto: Istimewa

DASWATI.ID – KPU Lampung perkuat partisipasi politik kelompok termarginalkan atau pemilih rentan, khususnya perempuan lansia (lanjut usia).

Sedikitnya terdapat 1.290.483 jiwa pemilih lansia dengan rentang usia 56 sampai 76 tahun lebih di Provinsi Lampung pada Pemilu 2024 lalu.

“Hampir 20 persen dari jumlah DPT Provinsi Lampung 6.539.128 jiwa,” ujar Koordinator Divisi Sosdiklih dan Partisipasi Masyarakat KPU Provinsi Lampung Antoniyus Cahyalana di Bandarlampung, Senin (12/8/2024).

Baca Juga: Perempuan Lebih Aktif di Bilik Suara Pemilu 2024

KPU Lampung perkuat partisipasi politik kelompok termarginalkan lewat sosialisasi pendidikan pemilih (sosdiklih) terkait informasi kepemiluan.

“Kami tidak pernah menyangka, kelompok pemilih rentan yang kami asumsikan sebagai kelompok masyarakat yang gaptek (gagap teknologi), ternyata mahir bermedia sosial,” kata Antoniyus.

Hal itu diketahui saat dirinya memberikan sosdiklih bagi perempuan lansia yang tergabung dalam Pengurus Wilayah Nasyiatul Aisyiyah Lampung, Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI) Lampung, dan kelompok perempuan lainnya, Minggu (11/8/2024).

“Mereka mahir menggunakan teknologi digital dan aktif di media sosial terutama Facebook, dan mereka juga membaca informasi di media online,” tutur dia.

KPU Lampung Perkuat Partisipasi Politik Kelompok Termarginalkan
Koordinator Divisi Sosialisasi Pendidikan Pemilih dan Partisipasi Masyarakat (Sosdiklih Parmas) KPU Provinsi Lampung Antoniyus Cahyalana. Foto: Josua Napitupulu

Namun, lanjut Antoniyus, kurangnya literasi digital membuat mereka rentan akan penipuan dan penyebaran berita palsu atau hoaks.

“Oleh karena itu, mereka perlu diedukasi, diberikan literasi digital, untuk meningkatkan pemahaman dunia digital,” kata dia.

Dalam kesempatan itu, Antoniyus mengingatkan peserta sosdiklih agar tidak menyebarkan berita-berita hoaks yang diperoleh lewat pesan WhatsApp.

“Kami tekankan saring sebelum sharing karena mereka banyak mendapatkan informasi lewat grup-grup obrolan di WhatsApp yang langsung mereka forward atau teruskan tanpa mencermati informasinya terlebih dahulu,” ujar dia.

“Kami juga memberitahukan ciri-ciri berita hoaks itu seperti apa, termasuk penipuan-penipuan melalui media sosial,” tambah Antoniyus.

Ia mengaku tidak mudah memberikan pendidikan politik bagi pemilih lansia di tengah keterbatasan fisik dan penurunan kemampuan kognisi.

“Di usia tua, kemampuan mereka menyerap informasi agak berkurang. Itulah kenapa metodologi dan model pendidikan atau edukasinya berbeda dengan kelompok pemilih muda,” jelas Antoniyus.

Baca Juga: Sosialisasi Pendidikan Pemilih KPU Lampung Terbaik Nasional

Dia berharap sosdiklih bagi perempuan lansia ini dapat meningkatkan partisipasi mereka pada Pilkada 27 November 2024 mendatang.

“Selain pendidikan politik, mereka juga perlu difasilitasi untuk dapat menggunakan hak suaranya,” kata Antoniyus.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *