Memaknai Seni Rupa di Lampung

oleh
Memaknai Seni Rupa di Lampung
Sutradara Teater Satu, Iswadi Pratama (kiri), bersama Sastrawan Ari Pahala Hutabarat (kanan) di acara Diskusi Rupa dengan tema ‘‘Upaya Membangun Nalar Ekosistem Seni Rupa di Lampung‘‘ di Lantai II Gedung Graha Kemahasiswaan Universitas Lampung, Rabu (11/10/2023). Foto: Arsip UKMBS Universitas Lampung

DASWATI.ID – Sutradara Teater Satu, Iswadi Pratama, mengajak masyarakat untuk kembali memaknai seni rupa di Lampung dalam acara Diskusi Rupa bertajuk ‘‘Upaya Membangun Nalar Ekosistem Seni Rupa di Lampung‘‘.

Diskusi ini berlangsung di Lantai II Gedung Graha Kemahasiswaan Universitas Lampung dan diikuti segenap praktisi dan pemerhati seni rupa di Lampung, Rabu (11/10/2023).

Iswadi Pratama sebagai pembicara dalam diskusi menyampaikan pentingnya memeriksa ulang makna seni rupa yang dipahami selama ini.

“Segala tindak seni yang dilakukan harus memiliki relevansi dengan gerak zaman, isu sosial, politik budaya dan sebagainya. Lukisan tidak hanya berhenti pada ungkapan perasaan, melainkan ada ide atau problem yang hendak ditawarkan, sehingga lukisan tidak sekadar jadi penghias ruangan,” kata dia.

Baca Juga: Menghidupkan Ekosistem Seni Rupa di Lampung

Menurut Iswadi, memaknai seni rupa di Lampung tidak cukup hanya mengandalkan praktisi rupa untuk membangun dan memajukan ekosistem seni rupa, tetapi melibatkan berbagai pihak.

Seperti galeri atau museum, wartawan atau jurnalis seni rupa, kritikus, hingga kolektor.

“Kita butuh kerja serempak dari berbagai pihak tersebut, barulah kita bisa memberi edukasi secara luas, mengonstruksi realitas, dan mendesain ekosistem rupa yang lebih baik,” ujar dia.

Iswadi menilai pemahaman dan apresiasi masyarakat terhadap seni rupa di Lampung tidak kunjung berkembang meski sudah berpuluh tahun eksis karena tidak adanya kerja sama tersebut.

“Keadaan ideal tersebut entah kapan bisa terwujud,” kata dia.

“Maka yang paling mungkin dilakukan adalah perbaikan di diri kita masing-masing. luruskan niat, tekad, nekat, dan komitmen. Karena dibutuhkan keberanian untuk setia, dan dibutuhkan kesetiaan untuk berani,” pungkas Iswadi.

Baca Juga: Pameran Seni Rupa Drawing “Sepasang Sandal di Kepala”

Diskusi Rupa merupakan rangkaian dari kegiatan Pameran Seni Rupa Drawing “Sepasang Sandal di Kepala” yang digelar oleh Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni (UKMBS) Universitas Lampung bekerja sama dengan Komunitas Berkat Yakin.

Ketua Pelaksana Acara Devin Nodestyo sekaligus salah satu perupa pada pameran ini mengungkapkan bahwa diskusi tersebut merupakan perluasan dampak dari pameran.

‘‘Selain menikmati karya Drawing, di ruang ini kita berkumpul berbincang santai terkait ekosistem seni rupa di Lampung, mulai dari berefleksi hingga menyusun visi bersama. Dengan acara semacam ini kita berharap akan terjadi semacam dialektika di wilayah seni rupa,” ujar dia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *