DASWATI.ID – Pameran drawing yang digelar Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni (UKMBS) Universitas Lampung (Unila) seakan menghidupkan ekosistem seni rupa di Lampung yang mati suri.
Pameran Seni Rupa Drawing dengan tema “Sepasang Sandal di Kepala” dibuka dari tanggal 7-13 Oktober 2023 mulai pukul 09.00-21.00 WIB.
Pameran ini menampilkan 175 karya dari tujuh perupa Lampung yakni Ari Pahala Hutabarat, Devin Nodestyo, Mike Fena Firdania, Noerma Andesta, Rizky Rizaldiano, Ridho Pratama, dan Robby Aslam Amrouzi.
Pembina UKMBS Unila Prof Satria Bangsawan mengapresiasi terlaksananya pameran drawing ini.
“Saya sangat mengapresiasi UKMBS yang kembali bangkit untuk menampilkan karya-karyanya. Setelah sekian tahun agak turun karena situasi pandemi Covid-19. Meski kegiatan online berlangsung secara terus menerus,” kata dia saat membuka pameran drawing di Graha Kemahasiswaan Unila, Sabtu (7/10/2023) sore.
Baca Juga: Pameran Seni Rupa Drawing “Sepasang Sandal di Kepala”
Prof Satria menuturkan selama tiga dasawarsa UKMBS Unila telah berkiprah di berbagai event seni untuk mengharumkan nama Unila di taraf nasional.
“Kami berangkat ke Padang Panjang (Sumatera Barat), Bali, Jakarta, dan Pekan Seni Mahasiswa Nasional (Peksiminas) Jawa Timur,” ujar dia.
Selangkah demi selangkah, lanjut Prof Satria, UKMBS Unila akhirnya mampu membawa nama baik kampus di tingkat nasional dengan mendapatkan Juara Umum II di Peksiminas Jawa Timur.
Menurut dia, seni memiliki peran penting dalam mengekspresikan diri dan emosional untuk mewarnai kehidupan dan lingkungan.
Seniman memiliki hati, jiwa, dan rasa untuk membaca situasi yang diinginkan oleh masyarakat.
“Dengan kita memiliki jiwa seni, dalam bentuk apapun, pasti ada sentuhan-sentuhan yang akan membuat orang guyub mengikuti irama perjalanan yang kita tuju,” kata Prof Satria.
Apalagi, tambah dia, pameran drawing ini menampilkan karya seni lukis dalam bentuk ekspresi dari ekonomi, politik, dan budaya yang digambarkan lewat goresan tinta warna.
Guru Besar Bidang Pemasaran ini mengapresiasi perupa yang terlibat dalam pameran drawing, khususnya Ari Pahala Hutabarat, yang berupaya menghidupkan ekosistem seni rupa di Lampung.
“Bang Ari ternyata masih sangat peduli dengan UKMBS karena tidak semua orang peduli dengan seni,” ujar dia.
“Tetapi di UKMBS ini, hubungan yang terjalin begitu baik, antara alumni dan adik-adiknya, terus bersinergi memberikan yang terbaik buat Unila,” pungkas Prof Satria.
Upaya untuk menghidupkan ekosistem seni rupa di Lampung ternyata tidak mudah.
“Regenerasi agak kurang berjalan, event seperti pameran bersama, workshop, atau festival sudah sangat jarang dilakukan,” kata Ari Pahala Hutabarat.
Dan yang tidak kalah pentingnya, lanjut dia, adalah infrastruktur untuk membangun ekosistem tersebut. Misalnya kritikus, kolektor, kurator, penonton, dan galeri.
“Ekosistem seni rupa itu sangat kompleks. Tidak hanya ada pelukis atau perupanya. Ketiadaan infrastruktur ini yang membuat ekosistem seni lukis di Lampung seakan down,” tegas Ari.
Untuk menghidupkan ekosistem tersebut, Ari Pahala Hutabarat, yang notabene seorang sastrawan, mendorong mahasiswa yang tergabung di UKMBS Unila untuk menggelar pameran drawing.
“Melukis tidak harus di kanvas dengan cat, dan dipamerkan di ruang yang mewah. Ini Graha Kemahasiswaan bisa kita sulap elegan juga,” ujar dia.
Ari mengajak mahasiswa UKMBS Unila untuk berproses bahwa seni rupa drawing itu murah tapi tidak kalah wibawanya dengan lukisan jika dikemas dengan keren.
Bahkan, kata dia, seluruh maestro seni lukis tingkat dunia juga menggambar drawing.
“Saya berharap akan banyak orang yang akan terganggu, dalam artian positif. Mungkin akan ada yang mengejek ‘Masa cuman begini, ah gua juga bisa.’ Alhamdulillah, ya silakan,” pungkas Ari.
Baca Juga: Peluncuran dan Diskusi Tiga Buku Karya Ari Pahala Hutabarat