Oleh: Mahendra Utama–Pemerhati Pembangunan
DASWATI.ID – Kita sudah hampir menutup lembaran tahun 2025, dan seperti biasa, momen pergantian tahun ini membawa perasaan yang campur aduk bagi saya; ada rasa syukur, namun ada juga kegelisahan atas berbagai pekerjaan rumah bangsa yang belum tuntas.
Selama bertahun-tahun mengamati dinamika pembangunan di negeri ini, saya sampai pada satu keyakinan: kemajuan sejati bukanlah soal berapa banyak jalan tol yang terbangun atau seberapa tinggi angka pertumbuhan ekonomi kita.
Meskipun hal itu penting, angka-angka tersebut bukanlah segalanya.
Pembangunan yang sesungguhnya memiliki tolok ukur yang jauh lebih sederhana namun mendalam: apakah rakyat kecil benar-benar merasakan manfaatnya?
Indikator keberhasilan kita seharusnya adalah ketika anak-anak di pelosok negeri bisa bersekolah dengan layak dan mereka yang sakit bisa berobat tanpa harus terbebani utang.
Jika kenyataannya belum demikian, maka perjalanan kita masih sangat panjang.
Di sinilah momen Natal menjadi relevan sebagai waktu untuk berefleksi. Bagi saudara-saudara yang merayakannya, Natal bukan sekadar seremoni, melainkan pengingat tentang esensi kemanusiaan.
Natal mengajarkan kita tentang kasih dan kerendahan hati—dua nilai fundamental yang sering kali terlupakan dan tergilas dalam hiruk pikuk ambisi pembangunan yang mengejar fisik semata.
Semangat Natal seharusnya juga menjadi pengingat bagi kita sebagai satu bangsa yang majemuk. Di tengah perbedaan suku, agama, dan latar belakang, kita harus sadar bahwa kekuatan kita terletak pada kemampuan merayakan perbedaan tersebut dengan damai.
Menemukan kembali “hati” dalam pembangunan berarti menempatkan persatuan dan kepedulian di atas kepentingan golongan.
Menyongsong tahun 2026, kita harus bersikap realistis bahwa tidak akan ada keajaiban otomatis yang datang.
Tantangan nyata masih membentang, mulai dari ketidakpastian ekonomi global, isu lingkungan, hingga kesenjangan sosial yang masih lebar.
Namun, kita tidak boleh pesimis. Perbaikan bangsa ini membutuhkan peran semua pihak—pemerintah, swasta, dan masyarakat—untuk duduk bersama dengan niat yang tulus, bukan sekadar melakukan kegiatan seremonial.
Sebagai penutup, saya berharap semangat Natal kali ini membawa kedamaian dan sukacita. Mari kita melangkah ke tahun 2026 dengan tekad untuk menjadi individu yang lebih produktif, lebih sehat, dan yang paling utama: menjadi pribadi yang lebih peduli pada sesama.
Baca Juga: Jembatan Garuda, Simbol Hadirnya Negara di Pelosok Lampung

