Partai Politik Jadi Rumah Belajar

oleh
Partai Politik Jadi Rumah Belajar
Kanan ke Kiri: Ketua DPD PDI Perjuangan Provinsi Lampung Sudin, akademisi Universitas Lampung Darmawan Purba dan Arizka Warganegara pada acara FGD di Kantor DPD PDI Perjuangan Provinsi Lampung, Bandar Lampung, Jumat (31/10/2025). Foto: Istimewa

DASWATI.ID – Momentum Peringatan Hari Sumpah Pemuda ke-97 di Lampung dijadikan ajang refleksi mendalam mengenai peran generasi muda dan hubungannya dengan institusi politik.

Dalam Focus Group Discussion (FGD) bertema “Yang Muda, Yang Bersuara,” yang diselenggarakan oleh DPD PDI Perjuangan Provinsi Lampung, muncul penegasan bahwa partai politik harus berfungsi sebagai “rumah belajar” dan “rumah gagasan” bagi generasi muda, bukan sekadar mesin elektoral.

Acara FGD yang berlangsung di Kantor DPD PDI Perjuangan Provinsi Lampung, Bandar Lampung, Jumat (31/10/2025), dihadiri oleh berbagai elemen masyarakat, termasuk tokoh agama, tokoh adat, akademisi, aktivis organisasi kepemudaan, serta perwakilan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dari berbagai universitas di Provinsi Lampung.

Dari Kekuatan Moral ke Kedaulatan Gagasan

Akademisi Universitas Lampung, Darmawan Purba, yang menjadi narasumber dalam diskusi tersebut, menyoroti adanya jarak yang cukup lebar antara energi muda dan struktur partai politik.

Menurut Darmawan, partai politik sering dipersepsikan sebagai institusi yang tertutup, sementara pemuda kerap terjebak dalam aktivisme yang tidak memiliki arah politik yang jelas.

“Pemuda hari ini berani bersuara di media sosial, tetapi jarang membangun suara kolektif di dunia nyata. Tantangan utama bukan lagi kurangnya wadah, melainkan lemahnya kesadaran arah,” ujar dia.

Darmawan menekankan bahwa partai politik dan pemuda sebenarnya saling membutuhkan; partai memerlukan energi baru dari generasi muda, dan pemuda membutuhkan kanal perjuangan yang sistemik.

Oleh karena itu, Darmawan menegaskan bahwa partai politik harus berevolusi menjadi jembatan ide dan ruang pembelajaran politik bagi generasi muda.

Ia juga menyampaikan apresiasi kepada DPD PDI Perjuangan Lampung atas inisiatif forum dialogis ini sebagai contoh nyata peran partai sebagai katalis perubahan sosial.

Lebih lanjut, Darmawan menguraikan bahwa generasi muda saat ini tidak lagi cukup dipandang sebagai moral force (kekuatan moral), melainkan harus berkembang menjadi knowledge force, yaitu kekuatan yang berbasis gagasan, data, dan pengetahuan.

“Aktivisme pemuda tidak cukup diwujudkan di jalanan, tetapi juga harus hadir di ruang kebijakan, penelitian, dan inovasi sosial,” kata dia. 

Ia menilai kedaulatan pemuda diukur dari kekuatan gagasan dan kontribusinya bagi masyarakat, bukan dari banyaknya pengikut di media sosial.

Darmawan menutup sesinya dengan pesan penting.

“Pemuda yang tidak bersuara akan digantikan oleh kebisingan yang tidak berpikir,” tutup dia menekankan bahwa suara pemuda harus yang paling jernih dalam menyuarakan masa depan bangsa. 

Partai Sebagai Rumah Kebangsaan dan Manifesto Baru

Ketua DPD PDI Perjuangan Provinsi Lampung, Sudin, dalam sambutannya, memperkuat gagasan mengenai fungsi partai yang melampaui kepentingan elektoral.

Sudin menegaskan bahwa partainya memandang kemajuan bangsa lahir dari dialektika pikiran dan keberanian menyampaikan gagasan dengan nurani.

“Partai ini bukan hanya wadah politik, tetapi rumah kebangsaan. Tempat rakyat berbicara, bertukar ide, dan mencari solusi bagi kemajuan bangsa serta Provinsi Lampung,” ujar dia.

Sudin mengajak generasi muda untuk terus menjaga semangat persatuan, keberanian, dan idealisme yang dicontohkan pada tahun 1928, serta merefleksikan kembali semangat kebangsaan dan memperkuat nilai-nilai persatuan.

Ia menyebut Sumpah Pemuda sebagai manifesto kebangsaan yang menyalakan obor persatuan dari mana lahirnya arah baru sejarah bangsa.

Meskipun menyambut era disrupsi teknologi, Sudin mengingatkan bahwa pemuda boleh menatap masa depan dengan laptop di tangan, tetapi hatinya harus tetap berpijak pada tanah air, dan jiwanya harus bernafas dengan nilai-nilai Pancasila.

Sudin juga menyerukan lahirnya Manifesto Pemuda Baru yang menjadikan kejujuran dan antikorupsi sebagai pondasi moral. Selain itu, manifesto tersebut harus mencakup kemandirian ekonomi dan inovasi digital, toleransi dan kebinekaan, serta cinta tanah air sebagai panggilan nurani.

Ia berharap peringatan Sumpah Pemuda ini menjadi api semangat bagi generasi muda Lampung untuk bersatu, berkarya, dan berjuang, karena bangsa ini menunggu pemuda yang jujur dan setia pada rakyatnya.

Baca Juga: Darah di Balik Legitimasi Moral

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *