DASWATI.ID – Program Makanan Bergizi Gratis (MBG) yang seharusnya menunjang kesehatan siswa di Kota Bandar Lampung justru berujung petaka.
Sejumlah anak didik dari SMPN 31 Campang Raya, SDN 2 Campang Raya, Bandar Lampung, mengalami gejala keracunan makanan setelah mengonsumsi menu MBG pada Kamis (28/8/2025) siang.
Insiden ini memicu kekhawatiran dan desakan untuk menghentikan sementara program tersebut.
Gejala keracunan yang dialami siswa beragam, mulai dari mulas, mual, diare, pusing, hingga muntah-muntah.
Salah satu orangtua murid, Rudi Safei (45), warga Perumahan Nusantara Permai Blok IB/32 Campang Raya, menceritakan bahwa putranya, Janes, siswa kelas 2 SMPN 31 Campang Raya, mulai merasakan mulas, mual, dan diare saat Magrib setelah mengonsumsi MBG di sekolah pada Kamis (28/8/2025) siang.
“Saya beli obat mencret di warung buat Janes untuk mencegah. Anak saya yang satu lagi di SDN 2 Campang Raya, Askha, juga dapat MBG tapi dibawa pulang ke rumah karena nggak suka lauknya. Dia tidak apa-apa,” kata Rudi di Bandar Lampung, Sabtu (30/8/2025) siang.
Keesokan harinya, Jumat (29/8/2025), Janes bahkan tidak bisa masuk sekolah dan kondisinya lemas dengan tujuh kali BAB. “Saya sudah beri obat dari apotek,” ujar Rudi.
Rudi Safei juga menyebutkan bahwa teman sekolah Janes ada yang sampai muntah-muntah.
“Kalau teman sekolahnya, anak tetangga, muntah-muntah. Ada tiga orang di sini yang sekolahnya bareng anak saya,” tambah dia.
Ia menyampaikan Tim Penyelenggara MBG telah mengakui adanya masalah pada menu yang dibagikan.
Melalui pesan WhatsApp di grup orangtua/wali murid, mereka menyampaikan permohonan maaf atas insiden tersebut.
“Setelah dilakukan pengecekan, ditemukan bahwa ayam yang dibagikan dalam menu hari ini tidak layak untuk dikonsumsi,” demikian isi pesan tersebut, yang juga mengimbau agar makanan tersebut tidak diberikan kepada anak-anak demi menjaga kesehatan dan keselamatan mereka.
Tim penyelenggara menyesalkan kejadian ini dan berjanji akan segera melakukan evaluasi serta koordinasi lebih lanjut agar hal serupa tidak terulang kembali.
Kepala Bidang Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Bandar Lampung, Mulyadi Syukri, membenarkan adanya dugaan keracunan MBG.
Ia menerima kabar dari Kepala SMPN 31 Bandar Lampung pada sore hari insiden terjadi.
Mulyadi mengungkapkan bahwa banyak anak didik yang tidak masuk sekolah karena mengeluhkan gejala-gejala keracunan makanan.
“Pihak sekolah telah berkoordinasi dengan puskesmas setempat untuk penanganan dan pemberian obat,” kata dia saat dihubungi dari Bandar Lampung.
Meskipun gejala pada anak-anak SMP tidak terlalu parah dan diperbolehkan pulang, beberapa anak dari SDN 2 Campang Raya dilaporkan mengalami hal serupa dan sempat dirawat di RS Urip Sumoharjo.
Mulyadi bersama rekan-rekannya langsung menuju RS Urip Sumoharjo pada Jumat (29/8/2025) malam sekitar pukul 23.00 WIB, namun anak-anak tersebut sudah dibawa pulang oleh orang tua mereka.
“Tercatat ada tiga anak yang dirawat, terdiri dari dua kakak beradik dan saudaranya, meskipun tidak sampai rawat inap,” ujar dia.
Mulyadi menjelaskan bahwa siswa SMPN 31 Campang Raya, SDN 2 Campang Raya, baru dua hari terakhir ini menerima manfaat program MBG.
“Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) atau dapur gizi untuk program ini berasal dari Yayasan Asri Amanah Barokah,” kata dia.
Yayasan Asri Amanah Barokah beralamat di Jalan Pangeran Tirtayasa No. 78 Sukabumi, sekitar 200 meter dari SMKN 5 Bandar Lampung.
Disdikbud Kota Bandar Lampung dan pihak sekolah menegaskan bahwa mereka hanya sebagai penerima manfaat MBG.
“Anak-anak didik kami menjadi korban,” ujar Mulyadi, menegaskan kesiapan Disdikbud untuk bertanggung jawab bersama Badan Gizi Nasional (BGN).
Sebagai tindak lanjut, Disdikbud telah berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait termasuk Sarjana Penggerak Pembangunan Indonesia (SPPI) yang terintegrasi dalam program MBG.
“Kami sudah berkoordinasi dengan koordinator SPPI-nya karena kami tidak berwenang untuk dapur gizinya. SPPG itu kewenangan mereka,” kata Mulyadi.
Pihak sekolah juga telah menyerahkan sampel makanan kepada BPOM untuk diuji laboratorium, dan hasilnya masih menunggu.
“Harapan kami, jika belum ada kesimpulan dari hasil uji sampel, program MBG dari dapur gizi tersebut sebaiknya dihentikan sementara waktu,” pungkas Mulyadi.
Baca Juga: 165.983 Siswa di Bandarlampung Jadi Sasaran Potensial MBG