DASWATI.ID – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Lampung menerbitkan “Statistik Kesejahteraan Rakyat Provinsi Lampung 2025,” volume ke-15 yang menyajikan data dan statistik sosial ekonomi di wilayah Lampung, Jumat (28/11/2025).
Publikasi tahunan ini disusun berdasarkan sumber data utama dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Maret 2025 dan menyajikan data hingga tingkat kabupaten/kota, dengan fokus pada berbagai aspek kesejahteraan termasuk pendidikan dan kesehatan.
Kepala BPS Provinsi Lampung, Ahmadriswan Nasution, menyampaikan bahwa publikasi ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan pengguna data akan informasi sosial ekonomi untuk berbagai keperluan.
Peningkatan Akses dan Kemampuan Pendidikan
Data dari BPS menunjukkan bahwa sektor pendidikan di Lampung pada tahun 2025 mencakup indikator penting seperti kemampuan membaca dan menulis serta partisipasi sekolah.
Kemampuan Baca Tulis (Literasi)
Secara umum, persentase penduduk Lampung berusia 15 tahun ke atas yang memiliki kemampuan membaca dan menulis dalam huruf Latin mencapai 97,69%.
Sementara itu, kemampuan membaca dan menulis dalam huruf Arab berada di angka 47,33%, dan huruf lainnya sebesar 14,50%.
Pada kelompok usia muda (15–24 tahun), tingkat literasi huruf Latin hampir sempurna, yaitu mencapai 99,83%. Kemampuan literasi huruf Arab di kelompok usia ini adalah 53,96%, dan untuk huruf lainnya 24,20%.
Beberapa kabupaten/kota, seperti Lampung Barat, Tanggamus, Lampung Timur, Mesuji, Pesisir Barat, Kota Bandar Lampung, dan Kota Metro, menunjukkan 100,00% penduduk laki-laki usia 15–24 tahun memiliki kemampuan membaca dan menulis huruf Latin.
Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan
Pada penduduk usia 15 tahun ke atas, tingkat pendidikan tertinggi yang mendominasi adalah SMA/SMK Sederajat dengan persentase 28,47%, diikuti oleh SMP Sederajat (26,35%), dan SD Sederajat (24,85%).
Persentase penduduk yang memiliki ijazah pendidikan tinggi (Perguruan Tinggi) adalah 7,78%, sedangkan yang tidak memiliki ijazah mencapai 12,56%.
Partisipasi Pendidikan Prasekolah
Untuk anak usia dini (0–6 tahun), persentase anak yang masih mengikuti pendidikan prasekolah pada Tahun Ajaran (TA) 2024/2025 adalah 26,37%. Sebagian besar anak, yaitu 68,25%, tercatat tidak/belum pernah mengikuti pendidikan prasekolah.
Jenis pendidikan prasekolah yang paling banyak diikuti adalah Taman Kanak-Kanak/Bustanul Athfal/Raudatul Athfal (64,78%), diikuti oleh Kelompok Bermain/Taman Penitipan Anak/Satuan PAUD Sejenis (35,22%).
Kondisi Kesehatan dan Jaminan Pelayanan
Aspek kesehatan dalam statistik kesejahteraan Lampung mencakup informasi tentang keluhan kesehatan, angka morbiditas, kepemilikan jaminan kesehatan, dan gizi balita.
Keluhan dan Angka Kesakitan
Secara keseluruhan, 29,97% penduduk Provinsi Lampung melaporkan memiliki keluhan kesehatan dalam sebulan terakhir.
Tingkat keluhan kesehatan lebih tinggi pada perempuan (31,53%) dibandingkan laki-laki (28,46%).
Angka kesakitan (Morbidity Rate) di Provinsi Lampung tercatat sebesar 12,97.
Dari penduduk yang memiliki keluhan kesehatan dalam sebulan terakhir, 39,20% di antaranya pernah mendapatkan rawat jalan.
Tempat rawat jalan yang paling banyak dimanfaatkan adalah Klinik dan Praktik Dokter/Bidan/Perawat (65,10%), diikuti oleh Puskesmas/Pustu/Pusling (23,25%).
Penggunaan jaminan kesehatan untuk rawat jalan tercatat sebesar 43,47%.
Kepemilikan Jaminan Kesehatan
Mayoritas penduduk Lampung memiliki BPJS Kesehatan, dengan persentase 65,84%.
Meskipun demikian, sebanyak 25,98% penduduk Lampung dilaporkan tidak memiliki jaminan kesehatan.
Untuk rawat inap dalam setahun terakhir, 5,05% penduduk Lampung pernah menjalaninya. Dari jumlah tersebut, mayoritas (81,29%) menggunakan jaminan kesehatan.
Baca Juga: Lampung: UHC Jempolan, Keaktifan BPJS Kendor
Gizi dan Menyusui pada Baduta
Dalam indikator kesehatan anak (Baduta, usia 0–23 bulan), persentase anak yang pernah diberi Air Susu Ibu (ASI) di Lampung mencapai 96,67%. Rata-rata lama pemberian ASI di provinsi ini adalah 10,78 bulan.
Mengenai Makanan/Minuman Selain ASI, sebanyak 32,68% Baduta pertama kali diberi makanan atau minuman selain ASI sebelum usia 6 bulan (<6 bulan), sementara 67,32% Baduta menerimanya pada usia 6 bulan atau lebih (≥6 bulan).
Data kesejahteraan ini, yang mencakup berbagai aspek termasuk kependudukan, fertilitas, perumahan, dan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), diperoleh melalui Susenas Maret 2025.
BPS berharap publikasi ini dapat berfungsi sebagai bahan evaluasi untuk melihat sejauh mana pembangunan yang telah dilaksanakan bermanfaat bagi peningkatan kesejahteraan rakyat, dan untuk penyempurnaan program pembangunan berikutnya.
Baca Juga: Seberapa Melek Teknologi Warga Lampung?

