Puncak Mudik Lebaran 2025 Diprediksi 28 Maret, BMKG Ingatkan Cuaca Ekstrem

oleh
Mudik Gratis Jadi Andalan Pemudik Berpenghasilan Rendah
Pemudik roda dua melintasi Kota Bandarlampung pada Sabtu (6/4/2024). Foto: Josua Napitupulu

DASWATI.ID – Puncak arus mudik Lebaran 2025 diperkirakan terjadi pada 28 Maret 2025 (H-3), dengan pergerakan masyarakat mencapai 12,1 juta orang jika kebijakan Work From Anywhere (WFA) diberlakukan.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengingatkan pemudik untuk waspada terhadap cuaca ekstrem yang berpotensi mengganggu perjalanan saat puncak mudik Lebaran.

Berdasarkan pemantauan BMKG, hujan lebat hingga ekstrem terjadi di berbagai wilayah Indonesia pada 10-14 Maret 2025.

Curah hujan tertinggi tercatat di Padang Pariaman, Sumatra Barat (210 mm) pada 12 Maret, disusul Kepahiang, Bengkulu (153 mm), dan beberapa daerah di Jawa Barat di atas 100 mm.

Kondisi ini meningkatkan risiko banjir, longsor, dan genangan, yang dapat menghambat perjalanan darat, laut, maupun udara.

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menekankan pentingnya kesiapan pemudik.

“Cuaca sangat memengaruhi keselamatan. Pantau informasi terkini, siapkan kendaraan, dan tunda perjalanan jika hujan lebat,” ujar dia dalam keterangannya di Jakarta, Minggu (16/3/2025).

Ia menyarankan pemudik memastikan kondisi ban, lampu, dan membawa peralatan darurat.

BMKG memprediksi hujan lebat masih berpotensi terjadi hingga 23 Maret 2025 di wilayah seperti Sumatra Utara, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan Timur, Sulawesi, dan Papua.

Pantau Cuaca saat Mudik Lebaran

BMKG mengimbau pemudik memantau prakiraan cuaca melalui bmkg.go.id, @infobmkg atau aplikasi infoBMKG, serta menyiapkan perlengkapan darurat.

“Keselamatan nomor satu, jangan paksakan perjalanan saat cuaca buruk,” tutup Dwikorita.

Deputi Meteorologi BMKG, Guswanto, menyebut faktor pemicunya adalah sirkulasi siklonik, Madden-Julian Oscillation (MJO), serta gelombang Rossby dan Kelvin, yang memperkuat awan hujan.

“Pemudik di jalur rawan seperti Pantura, selatan Jawa, dan ruas tol perlu ekstra hati-hati,” tambah Guswanto.

Ia juga memperingatkan potensi gelombang tinggi dan angin kencang di Selat Sunda, Laut Jawa, dan perairan Nusa Tenggara, yang dapat mengganggu penyeberangan laut serta penerbangan.

Direktur Meteorologi Publik BMKG, Andri Ramdhani, menambahkan bahwa anomali suhu laut yang lebih hangat turut meningkatkan uap air dan intensitas hujan.

“Perbarui informasi cuaca dari BMKG sebelum berangkat,” kata dia.

Baca Juga: Mendagri Imbau Forkopimda Lampung Siaga Bencana Jelang Mudik Lebaran 2025

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *