DASWATI.ID – Rekonstruksi penembakan tiga anggota Polri di Way Kanan dinilai penuh kejanggalan oleh Tim Hotman 911.
Tim Hotman 911, kuasa hukum keluarga tiga anggota Polres Way Kanan yang tewas ditembak oknum TNI Kopda Basarsyah, menyatakan kekecewaan mendalam atas rekonstruksi kasus yang digelar Detasemen Polisi Militer (Denpom) II/3 Lampung di Satuan Logistik (Satlog) Korem 043/Garuda Hitam, Bandar Lampung, pada Kamis (17/4/2025).
Putri Maya Rumanti, perwakilan tim, menilai proses reka ulang kejadian penuh kejanggalan dan tidak mengungkap fakta sebenarnya.
“Kami kecewa karena tindakan pelaku tidak dijelaskan secara rinci, mulai dari saat dia membawa senjata, menitipkan senjata kepada orang lain, hingga cara dia melakukan penembakan,” ujar Putri usai menyaksikan rekonstruksi.
Ia mempertanyakan adegan awal ketika Kopda Basarsyah langsung menembak saat melihat konvoi polisi tiba di arena judi sabung ayam di Kampung Karang Manik, Way Kanan, pada 17 Maret 2025.
“Mengapa dia tiba-tiba menembak? Apa dasarnya? Ini tidak dijelaskan dengan jelas,” tegas dia.
Putri juga menyoroti ketidaksesuaian temuan tembakan peringatan.
Rekonstruksi menunjukkan tembakan peringatan terjadi lebih dari tiga kali, tetapi di lokasi kejadian hanya ditemukan empat selongsong peluru milik anggota Polri.
“Jika tembakan peringatan sebanyak itu, mana bukti fisik lainnya?” Kata dia.
Lebih jauh, ia mempertanyakan narasi bahwa korban, khususnya Bripka Petrus Apriyanto, disebut akan menembak tersangka.
“Di situ kan dijelaskan bahwa ada korban akan melakukan penembakan kepada pelaku. Tapi kan faktanya dari Saksi yang kami dengarkan bahwa pertama: korban Petrus Apriyanto tidak memiliki senjata, kedua: korban tewas Kapolsek itu pelurunya masih utuh,” jelas Putri.
Ia menduga ada upaya sengaja untuk memutarbalikkan fakta demi melindungi tersangka.
“Kami merasa ada kejanggalan, atau kebohongan yang sengaja dilakukan demi melindungi anggota TNI tersebut,” ujar dia.
Rekonstruksi penembakan tiga polisi di Way Kanan dinilai penuh kejanggalan.
Kejanggalan lain terlihat pada adegan penembakan terhadap Briptu Anumerta Ghalib Surya Ganta. Putri menyebut penggambaran Kopda Basarsyah menembak dalam posisi tiarap “seperti film Rambo” tidak masuk akal.
“Itu tidak masuk di akal bagi kami dengan keterangan Saksi dan pelaku bahwa korban Ghalib sudah melakukan penembakan terlebih dahulu. Faktanya, kami tidak ada menemukan selongsong peluru yang keluar dari senjata Ghalib,” kata dia.
Tim Hotman 911 menyesalkan proses rekonstruksi yang dinilai tidak memberikan keadilan.
“Kami sangat menyesalkan proses rekonstruksi hari ini, kami merasa tidak puas, serta tidak mendapatkan keadilan dan fakta-fakta yang sebenarnya. Tiga korban ini seolah-olah melakukan penyerangan,” pungkas Putri.
Baca Juga: Rekonstruksi Penembakan Tiga Polisi di Way Kanan Berlangsung 4 Jam dengan 72 Reka Adegan