Tinta sebagai Amunisi: Aku Terus Menorehkan Kata

oleh
Jakarta: Episentrum Dinamika Demokrasi Indonesia
Mahendra Utama

DASWATI.ID – Eksponen 1998, Mahendra Utama, kembali menulis sebuah puisi berjudul “Aku Terus Menorehkan Kata” sebuah pernyataan kuat tentang fungsi dan tujuan menulis.

Karyanya menggarisbawahi bahwa kegiatan menulis bukan sekadar hobi, melainkan sebuah perjuangan eksistensial dan intelektual.

Ada beberapa poin utama yang menonjol dalam puisi tersebut:

Pertama, Pelestarian Diri dan Pemikiran

Mahendra menggunakan aksara sebagai sarana agar tidak punah ditelan zaman, menunjukkan bahwa ia berpikir, menjauhkan diri dari kepikunan, serta menghindari kegalauan sosial.

Kedua, Perlawanan Terhadap Lupa dan Kebodohan

Menulis diibaratkan sebagai tindakan melawan lupa yang diam-diam merayap, mengukir tanda tanya, dan membongkar kabut.

Ia bahkan menyebut tinta sebagai amunisi untuk melawan kebodohan yang bersenjatakan kepastian. Setiap opini menjadi pengait untuk membuka jendela agar angin segar berpikir menerpa ruang-ruang sumuk.

Ketiga, Memberi Suara dan Oksigen

Puisi ini menegaskan peran menulis dalam mengeluarkan suara bagi yang bisu dan membuat yang terpinggirkan terdengar. Kata-kata menjadi oksigen bagi akal yang sesak oleh demagog.

Keempat, Mengawetkan dan Menjadi Peta

Menulis juga berfungsi untuk mengawetkan yang fana, di mana setiap puisi adalah kenangan yang menolak lapuk. Karya tulis menjadi peta bagi generasi nanti untuk memahami perjuangan seseorang di zamannya.

Kelima, Motivasi Murni

Pada akhirnya, Mahendra menegaskan bahwa ia terus menorehkan kata bukan untuk pujian atau sekadar dikenang, melainkan untuk menyala, sekecil apa pun apinya, agar kegelapan tak pernah mutlak menguasai hati.

Secara keseluruhan, puisi ini adalah ode untuk kekuatan kata yang melampaui waktu dan tantangan, menjadikannya alat perjuangan, pelestarian, dan pencerahan.

Aku Terus Menorehkan Kata

Karya: Mahendra Utama

Aku menulis agar aku tak punah ditelan zaman Aku menulis agar orang tahu aku berpikir

Aku menulis agar tidak ditelan pikun badan

Aku menulis agar jauh dari kegalauan sosial

Aku menulis, melawan lupa yang diam-diam merayap

Mengukir tanda tanya, membongkar kabut yang menutup

Agar yang bisu bersuara, yang terpinggirkan terdengar

Menjadi oksigen bagi akal yang sesak oleh demagog

Aku menulis, sebab tinta adalah amunisi 

Melawan kebodohan yang bersenjatakan kepastian

Setiap opini adalah pengait untuk membuka jendela

Agar angin segar berpikir menerpa ruang-ruang sumuk

Aku menulis, untuk mengawetkan yang fana

Setiap puisi adalah kenangan yang menolak lapuk

Ia menjadi peta bagi generasi nanti

Bahwa di sini, pernah seseorang bergulat dengan zamannya

Maka Aku terus menorehkan kata

Bukan untuk pujian, atau untuk dikenang semata Tapi untuk menyala, sekecil apa pun apinya

Agar kegelapan tak pernah mutlak menguasai hati

Bandung Barat, 4 Juli 2025 (*)

__________________________________________________

Profil Mahendra Utama

Eksponen Aktivis 98, Mahendra Utama, lahir di Bandar Lampung pada tanggal 12 Desember 1974.

Saat ini ia menduduki beberapa posisi strategis, antara lain sebagai Pendiri PT KSWD Lampung, Pendiri PT SLDU Lampung, Komisaris Utama PT DMKB Sumatera Utara, dan CEO PT Solusi Aksara Graphics Unggul.

Selain itu, ia juga memiliki pengalaman karier profesional lainnya seperti Konsultan Media Massa, Tenaga Ahli Gubernur Lampung bidang Hukum & Pemerintahan, Sekretaris Khusus Gubernur Lampung, serta fasilitator di berbagai bidang.

Ia diangkat sebagai Komisaris PT Mitratani Dua Tujuh sejak tanggal 5 Juli 2023 berdasarkan Surat Keputusan nomor XX-SURKP/23.036 dan 004/DE-KML/VII/23. Pendidikan terakhirnya adalah Sarjana Hukum dari Universitas Tulang Bawang, Lampung.

Baca Juga: Potret Ketahanan dan Identitas Bangsa dalam Puisi Mahendra Utama untuk Andre Abdullah

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *