DASWATI.ID — Gubernur Lampung Rahmat Mirzani Djausal (Mirza) secara resmi menutup perhelatan akbar Lampung Begawi 2025 pada Minggu (5/10/2025) malam di Lampung City Mall, Kota Bandar Lampung.
Meskipun berhasil mencatat komitmen ekspor yang signifikan, penutupan ajang tahunan yang diinisiasi oleh Dekranasda, Pemerintah Provinsi Lampung, dan Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Lampung ini diwarnai penekanan kuat Gubernur terhadap masalah hilirisasi dan penjualan bahan mentah.
Mengusung tema “Sinergi, Digitalisasi, dan Inklusivitas untuk Ekonomi yang Tangguh dan Berkelanjutan”, Gubernur Mirza menegaskan pentingnya peningkatan nilai tambah produk unggulan daerah demi memperkuat perekonomian Lampung agar lebih berdaya saing.
Ia menyoroti fakta bahwa sebagian besar komoditas unggulan Lampung masih keluar sebagai barang mentah.
Potensi Ekonomi Terhambat Bahan Mentah
Gubernur Mirza menggarisbawahi posisi strategis Lampung sebagai pintu gerbang Sumatera, yang diberkahi dengan komoditas subur seperti padi, kopi robusta, singkong, lada, kakao, dan tebu.
Namun, potensi besar ini belum tergarap maksimal. “Banyak produk kita masih keluar sebagai barang mentah. Ke depan, kita harus mampu mengolahnya agar memberi nilai tambah,” ujar dia.
Ia mengungkapkan bahwa sekitar 30 persen dari total perputaran uang di Provinsi Lampung, yang pada tahun 2024 mencapai Rp483 triliun, berasal dari sektor pertanian.
Menurut Mirza, potensi tersebut tidak sepenuhnya termanfaatkan karena lemahnya daya saing dan kapasitas produksi pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).
Capaian Begawi dan Komitmen Pembiayaan
Meskipun kritik terhadap produk mentah mengemuka, Lampung Begawi 2025 mencatatkan capaian finansial yang positif.
Kepala Perwakilan BI Provinsi Lampung, Bimo Epyanto, melaporkan bahwa selama tiga hari penyelenggaraan, kegiatan business matching yang mempertemukan 28 pelaku UMKM dengan calon pembeli internasional menghasilkan komitmen ekspor (Letter of Intent) senilai Rp5,5 miliar.
Selain itu, ajang yang menarik lebih dari 18.662 pengunjung ini juga membukukan transaksi ritel, dengan tenant wastra mencapai Rp500,6 juta, dan tenant kuliner serta Begawi Mart membukukan transaksi Rp460 juta.
BI juga mencatat adanya komitmen pembiayaan senilai Rp10,46 miliar dari bank-bank mitra, termasuk BRI, Mandiri, BNI, BTN, dan Bank Lampung, untuk mendukung UMKM.
Bimo Epyanto berharap seluruh rangkaian acara, yang meliputi Talkshow UMKM: Go Global, Digital Ready, Showcase UMKM, hingga Fashion Show, dapat menjadi momentum untuk memperkuat daya saing ekonomi daerah.
Prioritas Regulasi dan Pemanfaatan Pariwisata
Dalam menyikapi tantangan hilirisasi, Gubernur Mirza menegaskan bahwa UMKM merupakan kunci utama perekonomian daerah.
“Masa depan ekonomi Lampung adalah UMKM. Cara tercepat untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah adalah dengan menggerakkan UMKM,” tegas dia.
Gubernur menjanjikan bahwa regulasi yang berpihak kepada UMKM akan menjadi prioritas pemerintah daerah.
Ia mengakui bahwa banyak UMKM di Lampung yang usianya belum mencapai dua tahun dan membutuhkan dukungan holistik dari sisi regulasi, akses pasar, pembiayaan, dan kolaborasi.
Selain dukungan regulasi, Gubernur juga menyoroti potensi besar sektor pariwisata.
Dengan perkiraan mampu menarik lebih dari 25 juta wisatawan domestik pada tahun 2025, lonjakan wisatawan ini harus dioptimalkan untuk produk lokal.
Ia berkomitmen untuk mendorong hotel, restoran, dan tempat wisata agar menjual serta menggunakan produk-produk UMKM Lampung.
Menutup perhelatan, Mirza mengajak seluruh pelaku usaha untuk memperkuat kolaborasi dalam menghadapi tantangan global, meyakini bahwa dengan bersinergi, UMKM Lampung mampu menguasai pasar nasional bahkan dunia.
Baca Juga: Empat Langkah Strategis Atasi Anjloknya Harga Ubi Kayu di Lampung