DASWATI.ID – Ada momen menegangkan dalam acara seruan moral kalangan civitas akademika perguruan tinggi di Lampung, yakni saat Prof Ari Darmastuti sebut tuan kami adalah rakyat.
Guru Besar Ilmu Politik FISIP Universitas Lampung itu menyebutkan tuan kami adalah rakyat sebagai bentuk penegasan bahwa seruan moral yang digelar bukan untuk kepentingan partai atau sekelompok orang di dalam partai.
“Saya kira betul kita partisan, tapi partisan kami adalah pada kebenaran. Jadi partisan kami bukan kepada kepentingan sekelompok orang. Monggo saja kami dicap apapun. Kami partisan untuk tuan kami rakyat Indonesia,” ujar dia dalam sesi tanya jawab bersama awak media di Student Lounge Fakultas Hukum Universitas Lampung, Rabu (7/2/2024).
Prof Ari mengatakan sikap kritis civitas akademika merupakan salah satu karakteristik perguruan tinggi. Terlebih dirinya adalah dosen perguruan tinggi negeri.
“Saya kira ini karakter perguruan tinggi, kalau kami tidak boleh kritik, terus ngapain kami dibayar oleh negara. Kami dibayar mahal oleh adik-adik mahasiswa, oleh rakyat kecil. Setiap sen diberikan kepada kami,” kata dia.
Dia berharap kritik yang disampaikan kepada penyelenggara negara tidak dianggap sebagai noise tetapi voice yang harus didengarkan pemerintah karena suara rakyat adalah suara Tuhan.
“Jadi ini bukan soal gagah-gagahan. Monggo dianggap partisan atau perguruan tinggi dianggap sebagai noise. Saya kira bukan noise, ini adalah voice. Suara rakyat adalah suara Tuhan,” tegas Prof Ari.
Ia juga menegaskan bahwa seruan moral kepada pemerintah sebagai penyelenggara negara bukan soal gagah-gagahan.
Namun untuk mengawal demokrasi yang telah terbangun pasca Reformasi tahun 1998.
“Adik-adik saya sampaikan, rasanya darah Rizal yang saya antar pulang ke rumahnya tahun ‘98 belum kering. Saya menangis, jenazahnya di depan saya. Darahnya masih menetes sebelum dikubur. Sekarang sudah dibelokkan. Adik-adik sepakatkah dengan itu? Tentu tidak rela kita. Ya. Karena itu monggo, mau disebut noise, tapi ini adalah voice dari rakyat ya. Tuan kami adalah rakyat. Saya kira rakyat kecil juga rata-rata tidak bodoh dalam melihat hal ini,” pungkas Prof Ari.
Seruan moral 41 akademisi dan puluhan mahasiswa dari perguruan tinggi negeri dan swasta di Lampung itu menyerukan penegakan keadilan dan demokrasi oleh penyelenggara negara.
Baca Juga: Seruan Moral dari Lampung Tanoh Lado untuk Penyelenggara Negara
Usai acara, Prof Ari Darmastuti kembali menegaskan bahwa kegiatan yang diinisiasi dirinya bersama Dr Tisnanta dari Fakultas Hukum Universitas Lampung adalah bentuk pertanggungjawaban kepada rakyat.
“Saya dibayar oleh rakyat dan saya harus pertanggungjawabkan itu. Kalau saya diam saja, mati, nanti saya ditanya lho. Bukan adik-adik yang ditanya, saya yang ditanya,”Jadi profesor diam saja,” kata dia.
Prof Ari Darmastuti terlihat kebingungan saat dicecar oleh wartawan apakah pernyataannya tuan kami adalah rakyat merupakan kode untuk salah satu paslon capres cawapres 2024.
“Tidak, saya malah tidak mengerti. Ya kan semua mewakili rakyat, partai-partai mewakili rakyat semua kan,” ujar dia.
Kemudian salah satu wartawan meluruskan bahwa tuan kami adalah rakyat merupakan slogan Capres Nomor 03.
Mengetahui hal itu, Prof Ari Darmastuti kaget dan meluruskan pernyataannya.
“Hah? Saya mohon maaf, demi Tuhan saya bukan itu. Ini benar-benar dari hati karena saya menganggap yang meng-up paslon satu, dua, tiga semuanya di tangan oleh partai yaitu berdiri di atas ideologi yang hidup di kalangan rakyat kan,” tutup dia.