DASWATI.ID – FINCAPES dorong ekonomi masyarakat lewat pengelolaan hutan mangrove di Muara Sekampung Register 15, Desa Purworejo, Kecamatan Pasir Sakti, Lampung Timur.
Tim FINCAPES (Flood Impacts, Carbon Pricing and Ecosystem Sustainability) bersama IPB University menggelar diskusi terpumpun untuk merumuskan program tersebut dengan penguatan kelembagaan dan ekosistem bisnis desa lewat FINCAPES Projects.
FINCAPES Project merupakan proyek dengan bantuan dana dari Global Affairs Canada (GAC) untuk membantu Indonesia dalam adaptasi, dan mitigasi perubahan iklim, serta melestarikan keanekaragaman hayati dengan cara yang berkelanjutan dalam aspek sosial dan ekonomi.
Proyek ini dilaksanakan oleh Universitas Waterloo, Kanada, bekerja sama dengan Institut Pertanian Bogor (IPB) University, Indonesia.
“Salah satu kegiatan yang dilakukan FINCAPES Project yaitu restorasi mangrove seluas 20 hektare di Muara Sekampung Register 15, Kecamatan Pasir Sakti, Lampung Timur,” ujar Field Coordinator FINCAPES Radian Anwar (Ai) di Bandarlampung, Senin (1/7/2024).
Diskusi terpumpun atau Focus Group Discussions (FGD) digelar di Kantor BPDASHL Way Seputih – Way Sekampung, Kota Bandarlampung, Senin (1/7/2024).
Kegiatan dihadiri para pemangku kebijakan daerah setempat, KTH (Kelompok Tani Hutan), akademisi, PT Bukit Asam, dan NGO (Non Governmental Organization).
“FGD ini terkait kondisi sosial, ekonomi, dan potensi program untuk penguatan kelembagaan dan ekosistem bisnis desa sebagai support system terhadap KTH Mutiara Hijau,” kata Ai.
KTH Mutiara Hijau adalah kelompok masyarakat yang telah mengelola hutan mangrove di Desa Purworejo, Kecamatan Pasir Sakti, Lampung Timur.
Tantangan mangrove Nature-based Solutions di Desa Purworejo.
Dr Meti Ekayani dari Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan IPB University memaparkan hasil pemetaan Tim FINCAPES dalam upaya mendukung mangrove Nature-based Solutions di Desa Purworejo.
- Motivasi utama: Income & Abrasi;
- Aktivitas utama/andalan pembibitan & penanaman mangrove, selain wisata dan pengolahan/penjualan hasil laut/mangrove;
-
KTH: kelompok utama, kolaborasi dengan kelompok terkait, rangkap jabatan & keanggotaan diantaranya: KTH, Pokdarwis/Pokmaswas, PKK;
- Pembentukan kelompok baru sebagai pendukung kegiatan KTH, di antaranya kegiatan wisata;
- Kolaborasi pemuda & orangtua dalam kelompok, membuat kemajuan yang progresif dan adaptif;
- Pelibatan anggota sejak perencanaan-pelaksanaan memudahkan koordinasi dalam pengembangan sesuai peluang;
- Pengembangan berbasis kekuatan kelompok, termasuk modal awal, hasil lebih progresif daripada berbasis bantuan;
-
Pelibatan perempuan dalam kelompok sebagai pendukung, belum sebagai pengambil keputusan Dapat dikembangkan kelompok perempuan tersendiri;
- Potensi kolaborasi antar kelompok, bahkan lintas wilayah sesuai keunggulan masing-masing, sehingga dapat saling belajar & menguatkan;
- Wadah koordinasi kelompok di tingkat wilayah tertentu untuk standarisasi, strukturisasi, berbagi inovasi. pengalaman, koordinasi pembagian kerja dalam menangkap peluang;
-
Dukungan pimpinan desa berkorelasi dengan kemajuan program kelompok masyarakat, diantaranya: dukungan kebijakan, alokasi dana desa, penguatan BUMDES sebagai holding company ekosistem bisnis desa;
- Dukungan pemerintah terkait akses informasi, potensi pendanaan, training, pendampingan, kepastian & keamanan peruntukan lahan, retribusi, dan akses transportasi.
Menurut Meti, hal terpenting untuk mendukung mangrove Nature-based Solutions di Desa Purworejo adalah peningkatan kapasitas KTH Mutiara Hijau secara kelembagaan lewat program Sister Village.
KTH Mutiara Hijau sebagai percontohan, dengan KTH Cuku Nyinyi di Pesawaran sebagai benchmarking (tolok ukur).
“Program-programnya meliputi ekowisata, penanaman mangrove, serta pengolahan hasil laut atau mangrove seperti madu dan budidaya kerang,” jelas Meti.
Apresiasi FINCAPES Project.
FINCAPES dorong ekonomi masyarakat lewat pengelolaan hutan mangrove.
Kepala Bidang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (PDASRHL) Dinas Kehutanan Lampung, Awal B, menyambut baik FINCAPES Project di Muara Sekampung Register 15, Desa Purworejo, Kecamatan Pasir Sakti, Lampung Timur.
Ia mengatakan restorasi kawasan mangrove di Provinsi Lampung masih terkendala pendanaan.
“Kami mencoba menutupi keterbatasan anggaran itu dari dari APBN, BPDASHL, CSR forum lingkungan atau divisi lingkungan, dan mitra NGO,” ujar Awal.
Dukungan untuk Pemerintah Provinsi Lampung dalam pembangunan mangrove di antaranya dari Yayasan Mitra Bentala, Yagasu (Yayasan Gajah Sumatra), dan BUMN PT Bukit Asam.
“Dari mitra sudah lumayan banyak yang bisa turut serta, termasuk dari ibu (Meti) bisa 20 Ha tahun ini. Mudah-mudahan tahun depan bisa lebih lagi,” harap dia.
Baca Juga: Menanam Seribu Bakau di Bulan Suci Ramadan