Cerita Mahasiswa Itera, Gerakkan Petani di Pekon Ampai Sulap Limbah Jadi Berkah

oleh
Cerita Mahasiswa Itera, Gerakkan Petani di Pekon Ampai Sulap Limbah Jadi Berkah
Kelompok 32 Mahasiswa KKN PPM Institut Teknologi Sumatra di Pekon Ampai, Kecamatan Limau, Kabupaten Tanggamus, Lampung. Foto: Istimewa

DASWATI.ID – Mahasiswa Itera (Institut Teknologi Sumatra) memiliki banyak cara untuk membantu masyarakat di pedesaan.

Salah satunya adalah program yang dilakukan oleh mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Pemberdayaan Pembelajaran Masyarakat (KKN PPM) Itera di Pekon Ampai, Kecamatan Limau, Kabupaten Tanggamus, Lampung.

Sebanyak 11 mahasiswa Itera (Kelompok 32) berhasil menggerakkan petani untuk memanfaatkan limbah kulit pisang, bonggol pisang, kulit kakao, puntung rokok sebagai pupuk dan pestisida organik.

Ketua Kelompok 32 KKN-PPM Itera Alex Noerdin menuturkan program ini beranjak dari permasalahan sulitnya petani kakao dalam mendapatkan pupuk dan pestisida untuk tanaman mereka.

“Kemudian kami memperkenalkan sebuah inovasi untuk mengatasi permasalahan petani di Pekon Ampai melalui pemanfaatan limbah,” ujar dia dalam keterangannya, Selasa (16/7/2024) malam.

Mahasiswa KKN-PPM Itera Kelompok 32 mengenalkan inovasi tersebut kepada warga Pekon Ampai lewat sosialisasi tentang manfaat dan cara pembuatan pestisida serta pupuk cair dari limbah hasil panen pada 27 Juni 2024 lalu.

Dalam waktu 14 hari, mereka berhasil membuat formula pestisida yang terbuat dari limbah kulit kakao dan juga limbah puntung rokok.

“Sedangkan bahan baku pupuk cair terbuat dari limbah kulit atau bonggol pisang dengan campuran air beras dan gula merah untuk membantu proses fermentasi,” kata Alex.

Dalam sosialisasi, Mahasiswa KKN-PPM Itera Kelompok 32 mendemonstrasikan proses pembuatan pestisida dan pupuk organik di hadapan perangkat desa dan kelompok tani yang hadir dari setiap dusun di Pekon Ampai.

Warga juga mendapatkan kesempatan untuk bertanya dan berlatih langsung agar mereka dapat menerapkan secara mandiri pengetahuan yang diperoleh di kebun masing-masing.

“Sosialisasi ini mendapat sambutan positif dari warga yang antusias untuk mempelajari teknologi baru yang dapat menjadi alternatif pengganti pupuk dan pestisida kimia,” ujar Alex.

Ia berharap program pemanfaatan limbah ini tidak hanya mengatasi permasalahan petani kakao di Pekon Ampai, tetapi juga mengurangi volume limbah organik yang dibuang ke lingkungan.

“Melalui pemanfaatan limbah hasil panen, kami berharap dapat memberikan solusi bagi petani kakao yang mengalami kesulitan dalam mendapatkan pupuk dan pestisida untuk tanamannya,” kata Alex.

Program pemanfaatan limbah sebagai pestisida dan pupuk cair oleh mahasiswa KKN PPM Itera Kelompok 32 merupakan bentuk kontribusi mahasiswa KKN Itera dalam membantu masyarakat pedesaan, khususnya di Pekon Ampai.

Masyarakat Pekon Ampai diharapkan dapat terus menerapkan inovasi ini dan mendapatkan manfaat jangka panjang.

Baca Juga: BRIN Dukung Itera Jadi Leading Sector Pengembangan Kebun Raya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *