Menanam Seribu Bakau di Bulan Suci Ramadan

oleh
Menanam Seribu Bakau di Bulan Suci Ramadan
Walhi Lampung bersama Mahusa Universitas Lampung dan penggiat lingkungan menanam seribu bibit pohon bakau di kawasan mangrove Kotakarang, Telukbetung Timur, Kota Bandarlampung, Minggu (17/3/2024). Foto: Josua Napitupulu

DASWATI.ID – Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Lampung bersama Mahasiswa Fakultas Hukum Sayang Alam (Mahusa) Universitas Lampung dan penggiat lingkungan menanam seribu bakau di bulan suci Ramadan 1445 Hijriah, Minggu (17/3/2024).

Penanaman seribu bakau berlangsung di Kotakarang, Telukbetung Timur, Kota Bandarlampung, sebagai kawasan mangrove terakhir di daerah setempat.

“Hal ini sebagai pengingat bagi kita akan pentingnya ekosistem mangrove dan menjaga kelestarian lingkungan,” ujar Direktur Eksekutif Daerah Walhi Lampung Irfan Tri Musri.

Kegiatan menanam seribu bakau di bulan suci Ramadan dirangkai dengan aksi bersih-bersih pantai sebagai bagian dari amal ibadah.

“Harapan kami reboisasi hutan mangrove ini bukan hanya seremonial belaka, tapi dilakukan secara berkelanjutan dengan melakukan proses perawatan dan pemantauan,” kata Irfan.

Penanaman bibit pohon bakau jenis Rhizhophora dilakukan dengan dua metode.

Metode pertama, penanaman bibit pohon bakau dilakukan secara berjarak. Metode kedua dengan sistem rumpun.

“Metode kedua kami lakukan di area mangrove yang berbatasan langsung dengan laut,” tutur dia.

Menanam bibit pohon bakau dengan sistem rumpun untuk mengokohkan tanaman saat diterjang gelombang laut, dan menjerat hara atau lumpur agar pantai tidak abrasi.

“Mangrove memiliki tiga fungsi utama yang komprehensif. Pertama, secara ekologis mangrove menyediakan oksigen dan sebagai cadangan karbon,” ujar Irfan.

Ia menjelaskan kawasan mangrove memiliki daya serap karbon lebih tinggi dibandingkan daerah terestrial atau daratan.

“Fungsi kedua untuk memecah ombak. Akar pohon bakau jenis Rhizhophora memiliki kemampuan untuk itu,” kata dia.

Kemudian fungsi ketiga kawasan mangrove sebagai sumber daya ekowisata yang bernilai ekonomis jika dikelola dengan baik oleh pemerintah daerah.

“Sebagai ekowisata, kawasan mangrove berperan membentuk interaksi sosial antarmasyarakat di sekitar wilayah mangrove,” ujar Irfan.

Penanaman kembali pohon bakau di kawasan mangrove Kotakarang merupakan kegiatan yang untuk kesekian kalinya dilakukan oleh Walhi Lampung.

“Beberapa waktu lalu kami mendapatkan hambatan dengan adanya aktivitas penebangan bakau di mangrove. Makanya, kami melakukan upaya penanaman kembali,” pungkas dia.

Ketua Umum Mahusa Universitas Lampung M. Fariel Zuleika mengatakan penanaman mangrove ini bagian dari program kerja Mahusa yang biasanya dilakukan pada momen peringatan Hari Bumi.

“Kami berharap mangrove Kotakarang dapat menjadi upaya mengatasi perubahan iklim dan menjadi bahan penelitian,” singkat dia.

Baca Juga: Walhi Kecam Keras Pemkot Atas Hilangnya Taman Hutan Kota Bandarlampung

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *