DASWATI.ID – Menjelang bulan Ramadan, tradisi ziarah kubur menjadi momen yang dinanti-nanti.
Bukan hanya untuk mendoakan para leluhur, tradisi ini juga menjadi peluang bagi sebagian orang untuk mengais rezeki.
Mulai dari jasa pembersih makam, penjual bunga dan perlengkapan ziarah, pedagang makanan dan minuman, serta tukang parkir.
Para pekerja ini membantu para peziarah dalam menjalankan tradisi ziarah kubur dengan nyaman dan lancar.
Pekerjaan musiman ini tidak hanya diminati orang dewasa, tapi juga anak-anak dan remaja.
Rohman (16) warga Kelurahan Kebon Jeruk, Tanjungkarang Timur, Kota Bandarlampung, mengaku dirinya bersama rekan-rekan seusianya selalu ketiban pulung setiap kali menjelang bulan Ramadan.
Puluhan anak-anak ini menyediakan jasa membersihkan makam di TPU Kebon Jahe.
Dengan peralatan seadanya seperti sapu lidi, kain lap, arit, dan pacul kecil, mereka mendapatkan penghasilan yang lumayan dari para peziarah kubur.
“Dapat duit banyak, Rp100.000-Rp150.000 per orang dalam sehari,” ujar dia saat ditemui di TPU Kebon Jahe, Senin (11/3/2024).
Dalam sepekan terakhir menjelang Ramadan 1445 Hijriah, Rohman dan temannya rutin ke TPU Kebon Jahe untuk menawarkan jasa membersihkan makam keluarga para peziarah.
Anak-anak ini menghampiri setiap peziarah yang memasuki TPU Kebon Jahe untuk menawarkan jasa mereka.
Dalam sehari, hampir seratusan peziarah yang datang ke TPU Kebon Jahe.
Peziarah yang datang tak hanya dari daerah setempat, tapi juga dari luar daerah Lampung seperti Pulau Jawa dan Sumatra Selatan.
“Untuk tahun ini pengunjung semakin meningkat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Makin ramai. Biasanya pengunjung ngasih Rp50.000 setiap kali membersihkan makam. Itu dibagi untuk tiga orang,” kata Rohman.
Ia menuturkan jasa pembersih makam mulai ditekuninya sejak usia 12 tahun atas seizin orangtua.
“Awalnya lihat kawan-kawan nyapu, akhirnya jadi ikut-ikutan. Orangtua tidak melarang, yang penting halal,” ujar Rohman.
Rekan sebayanya, Mahardika (15), mengatakan mereka bergotong royong membersihkan satu makam.
“Ada yang membersihkan rumput, nyapu, dan ngelap keramik makam. Uangnya buat beli sajadah Om,” sambung Dika.
Namun, jasa pembersih makam di TPU Kebon Jahe, Tanjungkarang Timur, tidak semuanya warga setempat. Ada juga dari kecamatan lainnya. Termasuk penjual bunga dan perlengkapan ziarah kubur.
Nova warga Sukarame mencoba mengais rezeki di TPU Kebon Jahe.
“Baru pertama kali dagang di sini,” kata dia.
Ia menjual bunga tabur yang dibungkus dalam plastik kecil seharga Rp5.000. Dalam satu bungkus terdapat bunga Bougenville, Kenanga, pandan, dan lainnya.
“Ya campur-campurlah. Bunganya kadang minta dari saudara, kalau nggak ada ya beli. Kembang lagi nggak ada karena musim hujan. Apalagi kembang Bougenville susah nyarinya,” ujar Nova.
Salah satu peziarah asal Palembang, Sumatra Selatan, Aan Sahrun menuturkan tradisi ziarah kubur menjadi momen kebersamaan bagi keluarga dan masyarakat.
“Namanya kan sosial. Di masyarakat kita, ini menjadi budaya menjelang puasa dan hari raya,” ujar dia didampingi adiknya Edi Mersi warga Telukbetung, Kota Bandarlampung.
Aan mengapresiasi anak-anak yang ikut membantu membersihkan makam.
Menurut dia, tradisi membersihkan makam menjelang Ramadan merupakan tradisi yang baik dan harus ditanamkan kepada generasi penerus.
“Adanya anak-anak ini membersihkan makam ya sangat membantu. Kita kasih rezeki lah buat dia,” pungkas Aan.
Baca Juga: Banjir Bandarlampung Terus Melanda Daerah di Bantaran Sungai