Tantangan mengharmonikan agama dan budaya dalam kostum karnaval.
Dalam konteks keberagaman agama dan budaya, kreativitas dapat menjadi alat yang ampuh untuk membangun jembatan toleransi.
Namun, kata Mumu, tidak mudah bagi timnya untuk mengharmonikan agama dan budaya dalam sebuah kreativitas.
Terlebih mendesain kostum karnaval yang di dalamnya terdapat unsur-unsur agama dan budaya.
“Sebenarnya, kostum karnaval ini karya seni tanpa batas, beda dengan baju adat yang sudah punya pakem. Tapi, karena ini kaitannya dengan karnaval konsep agama dan budaya, kami tidak ingin melakukan kesalahan,” ujar dia.
Koordinator Tim Rumah Kreatif Gaya Lentera Muda Lampung, Michelle, menambahkan sensitivitas persoalan agama menjadi tantangan tersendiri dalam mendesain kostum Karnaval Lintas Agama.
“Budaya ‘aja sensitif. Artinya, pemahaman kami terbatas, kami bukan budayawan hanya kreator. Makanya, kami berkoordinasi dengan FKUB dan MPAL (Majelis Penyimbang Adat Lampung). Apakah penggunaannya sudah sesuai pakem atau belum,” kata Michelle.
Dia menjelaskan unsur-unsur budaya Lampung seperti siger, kain tapis, payung agung, dan motif ukiran khas Lampung, serta simbol-simbol agama untuk menguatkan sinopsis pada setiap kostum karnaval agar masyarakat mudah memahami.
