Pemkot Bandarlampung Siasati Banjir dengan Seribu Biopori

oleh
Rajabasa Nunyai Diterjang Banjir Bandang
Banjir bandang yang melanda sebagian permukiman warga Kelurahan Rajabasa Nunyai, Kecamatan Rajabasa, Kota Bandarlampung, Sabtu (24/2/2024) malam, menyisakan lumpur dan sampah pada Minggu (25/2/2024). Foto: Josua Napitupulu

DASWATI.ID – Pemerintah Kota (Pemkot) Bandarlampung siasati banjir dengan seribu biopori.

Program seribu biopori ini diharapkan dapat meningkatkan daya serap tanah sehingga mengurangi genangan air saat musim hujan.

“Rencana pengendalian banjir ini hasil koordinasi Pemkot Bandarlampung dengan pemerintah provinsi dan pemerintah pusat,” ujar Sekretaris Daerah Kota Bandarlampung Iwan Gunawan, Senin (11/11/2024).

Pemkot Bandarlampung siasati banjir dengan seribu biopori.

Iwan menyampaikan hasil rapat koordinasi dengan Dinas Lingkungan Provinsi Lampung dan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Mesuji-Sekampung di Ruang Rapat Wali Kota Bandarlampung.

“Akan ada pemasangan 1000 biopori di seluruh Kota Bandarlampung. Pencanangannya hari Rabu (13/11/2024) di Kantor Kecamatan Panjang,” tutur Iwan.

Dia menjelaskan Pemkot Bandarlampung mendapatkan bantuan tabung biopori dari BBWS Mesuji-Sekampung untuk mengendalikan banjir di kota berjuluk Tapis Berseri.

“Pemkot mendapatkan bantuan tabung biopori dari BBWS Mesuji-Sekampung untuk di 20 kecamatan se-Bandarlampung,” kata Iwan.

Ia optimis seribu biopori ini mampu mengendalikan banjir di Kota Bandarlampung.

“Biopori salah satu upaya mengendalikan banjir di seluruh kecamatan. Ini bakal jadi gerakan masyarakat tiap tahun,” pungkas Iwan.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Provinsi Lampung, Emilia Kusumawati, mengatakan lubang biopori sangat tepat untuk mengendalikan banjir di Kota Bandarlampung di tengah keterbatasan lahan.

“Tidak bisa kita pungkiri pertambahan penduduk membuat hilangnya lahan dan berkurangnya kemampuan tanah meresap air. Itulah makanya solusinya membuat biopori,” ujar dia.

Namun, lanjut Emilia, manfaat lubang biopori dalam mengendalikan banjir tidak instan, butuh waktu untuk melihat hasilnya secara signifikan.

“Manfaat biopori tidak dalam waktu singkat, tapi setidaknya dengan adanya biopori, air lebih cepat terserap ke dalam tanah,” kata dia.

Emilia berharap Pemkot Bandarlampung juga melakukan berbagai upaya lain untuk mengendalikan banjir selain pembuatan biopori.

Seperti normalisasi sungai, pembuatan embung, dan penanaman pohon. Semua upaya ini dilakukan secara terpadu untuk menciptakan lingkungan yang lebih ramah dan berkelanjutan.

Baca Juga: Banjir Ancam Aktivitas Perekonomian di Bandarlampung

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *