DASWATI.ID – Memasuki tahun ajaran 2025/2026, sistem penjurusan SMA (Sekolah Menengah Atas) kembali menjadi sorotan dunia pendidikan, menghadirkan tantangan sekaligus harapan baru.
Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) berencana untuk kembali menerapkan sistem penjurusan di SMA mulai tahun ajaran 2025/2026.
Kebijakan ini sebelumnya sempat dihapus pada tahun ajaran 2024/2025 melalui Kurikulum Merdeka.
Kurikulum Merdeka sebelumnya memberikan kebebasan kepada siswa untuk memilih mata pelajaran yang diminati.
Siswa tidak lagi harus memilih jurusan IPA, IPS, atau Bahasa, tetapi dapat memilih mata pelajaran sesuai dengan minat, bakat, dan aspirasi mereka untuk studi lanjut.
Sistem ini memungkinkan siswa untuk fokus pada bidang yang mereka minati dan mempersiapkan diri untuk program studi atau profesi yang diinginkan.
Kebingungan Siswa Kelas X
Alya Zahwa, seorang siswa kelas X SMAN 1 Bandar Lampung dan alumni SMPN 23 Bandar Lampung, mengungkapkan kebingungannya terkait perubahan sistem ini.
“Dengan Kurikulum Merdeka tahun lalu, kami bisa langsung fokus pada mata pelajaran yang kami minati. Sekarang, dengan kembalinya penjurusan IPA, IPS, dan Bahasa, kami jadi bingung lagi harus memilih jurusan yang tepat,” ujar dia di Bandar Lampung, Jumat (2/5/2025).
Alya merasa bahwa sebelumnya, dengan sistem peminatan, siswa dapat langsung fokus pada mata pelajaran yang diminati dan relevan dengan pilihan fakultas di perguruan tinggi.
“Dulu saat masuk SMA dari SMP, kami memilih mata pelajaran sesuai minat. Sekarang, sistemnya berubah kembali menjadi penjurusan IPA, IPS, dan Bahasa,” kata dia.
Kembalinya penjurusan SMA membuat bingung siswa karena persiapan untuk memilih jurusan dilakukan secara mendadak.
“Sistem penjurusan IPA, IPS, dan Bahasa memang baik, tapi membuat siswa kelas X bingung karena persiapannya mendadak, sementara sebelumnya kami sudah merencanakan pilihan mata pelajaran dengan matang,” tutur Alya.
Alya berharap sekolah dapat memberikan bantuan kepada siswa dalam memilih jurusan, misalnya melalui lokakarya (workshop) untuk menunjang pemilihan mata pelajaran.
“Saya berharap sekolah dapat membantu siswa, misalnya dengan mengadakan workshop, agar siswa lebih mudah dalam memilih dan memahami mata pelajaran yang diminati,” ujar dia.
Alya sendiri sudah memiliki pilihan untuk masuk jurusan IPA dan fakultas kesehatan, dan pilihan ini murni dari keinginannya sendiri.
“Saya sudah memiliki pilihan untuk masuk jurusan IPA dan ingin melanjutkan ke fakultas kesehatan. Pilihan ini murni dari diri saya sendiri, bukan karena FOMO (Fear Of Missing Out) ikut-ikutan,” pungkas dia.

Tes Kompetensi
Kepala SMAN 1 Bandar Lampung, Suharto, menyatakan bahwa sekolahnya sudah melakukan kajian dan pemetaan kemampuan siswa untuk menyambut kembalinya sistem penjurusan IPA, IPS, dan Bahasa di SMA.
“Inilah barangkali yang menjadi tugas berat sekolah dalam melakukan pemetaan kompetensi anak,” ujar dia di Bandar Lampung.
Menurutnya, setiap siswa memiliki talenta dan kompetensi yang berbeda, sehingga penting untuk memetakan kemampuan mereka sejak awal agar hasilnya optimal.
“Saya kira perubahan sistem ini bukan hal yang perlu diperdebatkan, karena kebijakan pasti ada substansi dan ruhnya. Tinggal bagaimana implementasinya di lapangan yang terus kami perbaiki,” ujar Suharto.
Dia menjelaskan sekolah melakukan pemetaan kompetensi siswa melalui rapor, tes kompetensi, serta wawancara yang melibatkan guru BK dan BP.
Hasil pemetaan ini akan dikomunikasikan dengan orangtua dan disesuaikan dengan keinginan siswa agar pilihan jurusan benar-benar tepat.
“Orangtua seringkali belum mengetahui kemampuan akademis dan intelektual anak secara detail, komunikasi ini penting agar pilihan jurusan tepat. Jika orang tua memaksakan pilihan yang tidak sesuai, risikonya bukan tanggung jawab kami,” jelas Suharto.
Suharto juga menyebutkan bahwa pihak sekolah masih menunggu aturan resmi terkait kapan sistem penjurusan dimulai, apakah di kelas X atau XI.
“Kalau dimulai di kelas X, kami akan melakukan tes penempatan sejak awal masuk SMA. Tapi kalau di kelas XI, strategi dan waktunya tentu berbeda,” kata dia.
Bagi siswa kelas XI, materi peminatan dan pilihan mata pelajaran sudah tersedia, sehingga materi tersebut dapat diarahkan ke penjurusan tanpa kendala.
“Tidak ada masalah, bisa dimatrikulasi. Oleh karena itu, perubahan sistem ini perlu dilihat secara menyeluruh, tidak hanya dari satu sisi,” jelas dia.
Untuk mendukung penjurusan, SMAN 1 Bandar Lampung sudah menyiapkan fasilitas yang memadai.
“Infrastruktur tidak hanya berupa sarana fisik, tetapi juga ada laboratorium dan perpustakaan digital yang mendukung pembelajaran,” tambah dia.
Menurut Suharto, perubahan kurikulum memang menuntut perubahan metode dan pendekatan pembelajaran, namun sekolah sudah terbiasa mengantisipasi pergantian kebijakan.
“Perubahan ini sebenarnya sederhana, hanya substansi materi dan pendekatannya yang berubah. Kurikulum Merdeka kemarin juga cukup dadakan, tapi tetap berjalan dengan baik,” tutup Suharto.
Baca Juga: Penjurusan SMA di Lampung Terkendala Juknis dan Fasilitas