Simfoni Fiskal Dua Kota di Gerbang Sumatra

oleh
Simfoni Fiskal Dua Kota di Gerbang Sumatra
Ilustrasi: Josua Napitupulu

DASWATI.ID – Di gerbang Pulau Sumatra, dua kota besar di Provinsi Lampung, Metro dan Bandar Lampung, kini memainkan simfoni fiskal dengan nada yang sangat kontras.

Pada pertengahan tahun 2025, perbedaan arah kebijakan dan capaian pembangunan antara kedua kota ini menjadi semakin nyata.

Ini mencerminkan tantangan besar dalam tata kelola pembangunan dan keuangan daerah di Sumatra.

Kota Metro: Nada Sumbang di Anggaran Daerah

Kota Metro tengah menghadapi tantangan serius dalam pengelolaan keuangannya.

Data resmi dari Badan Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah (BPPRD) Kota Metro menunjukkan bahwa realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) hingga pertengahan tahun ini masih berada pada level rendah dan jauh dari target yang ditetapkan dalam APBD 2025.

Kondisi ini berpotensi menyebabkan kegagalan pencapaian target PAD secara keseluruhan, yang pada gilirannya akan menghambat pembiayaan program-program prioritas pembangunan.

Kepala BPPRD Kota Metro, Ade Erwinsyah, mengidentifikasi beberapa faktor utama di balik lambannya realisasi PAD ini:

  • Rendahnya kesadaran dan kepatuhan Wajib Pajak;
  • Lemahnya pengawasan dan sistem pelaporan yang masih bergantung pada metode manual;
  • Kebijakan efisiensi dari pemerintah pusat;
  • Ketidakjelasan Dana Transfer Provinsi yang diterima.

Ketua Bidang Eksternal Koordinator Wilayah Sumatra Asosiasi Dosen Program Studi Ilmu Pemerintahan Seluruh Indonesia (ADIPSI), Yahnu Wiguno Sanyoto, menyoroti bahwa Metro menghadapi kendala fiskal struktural yang membutuhkan inovasi dan intervensi strategis jangka menengah.

“Metro saat ini menghadapi tantangan klasik yang seharusnya bisa diantisipasi lebih awal. Ketika tingkat kepatuhan Wajib Pajak masih rendah dan sistem pembayaran belum sepenuhnya digital, target PAD akan sulit tercapai,” kata Yahnu dalam keterangannya, Jumat (11/7/2025). 

Kondisi ini, tambah dia, berpotensi menimbulkan dampak ganda yakni penundaan pembangunan infrastruktur vital dan penurunan kualitas pelayanan publik.

Kota Bandar Lampung: Harmoni Pembangunan yang Progresif

Berbeda dengan Metro, Pemerintah Kota Bandar Lampung berhasil mempertahankan tren positif dalam kinerja fiskal dan pembangunan.

Kota ini tidak hanya memastikan pertumbuhan PAD yang stabil, tetapi juga telah melaksanakan berbagai program prioritas wali kota yang progresif dan berdampak langsung pada peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Program-program prioritas yang telah dan sedang berjalan di Bandar Lampung meliputi antara lain:

  • Pembangunan Gedung Olahraga (GOR) terpadu yang ditargetkan selesai dalam beberapa bulan mendatang, berfungsi sebagai pusat pembinaan atlet dan aktivitas komunitas olahraga;
  • Pembangunan serta perbaikan jalan lingkungan untuk meningkatkan konektivitas antar-kecamatan dan kelurahan;
  • Penataan drainase strategis guna mengantisipasi banjir;
  • Penguatan layanan kesehatan gratis melalui optimalisasi Puskesmas dan pelayanan keliling;
  • Penataan kawasan pasar tradisional agar lebih bersih, tertib, dan ramah pengunjung.

Yahnu memuji keberhasilan Bandar Lampung dalam mengeksekusi kebijakan berbasis kebutuhan masyarakat ini.

Ketua Program Studi Ilmu Pemerintahan Universitas Baturaja ini pun menyoroti komitmen politik anggaran yang serius dari Wali Kota Bandar Lampung.

“Bandar Lampung tidak hanya mengandalkan jargon pembangunan, tetapi berani memulai proyek strategis dengan pengawasan yang transparan. Hal inilah yang membuat jarak pencapaian dengan Metro semakin terlihat,” jelas Yahnu.

Ia menekankan bahwa proyek strategis dengan pengawasan yang transparan, menjadi faktor pembeda signifikan dibandingkan dengan Metro.

Transparansi ini terlihat dari proses pengerjaan GOR yang dilaporkan secara rutin kepada publik, termasuk progres fisik, serapan anggaran, dan kualitas pekerjaan.

Selain itu, Pemkot Bandar Lampung berkomitmen untuk terus meningkatkan pendapatan daerah melalui intensifikasi pajak berbasis digital dan pendataan objek pajak baru.

Fenomena kedua kota ini adalah bukti pentingnya tata kelola fiskal yang konsisten.

Sementara Metro berjuang menemukan ritmenya, Bandar Lampung terus melangkah maju, menampilkan dua wajah pembangunan yang kontras di gerbang Sumatra.

Baca Juga: Eva Dwiana Komit Pertahankan Opini WTP dan Genjot PAD

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *